Life After Campus, Bekerja Sesuai Passion Mungkinkah?
Halo Sobat Blogger, dan spesial saya sebutkan untuk teman-teman
Komuni Asik...
Saya pun sembari menjadi seorang freelancer di salah satu
majalah juga mencoba lagi menjadi seorang penulis lepas di salah satu media
online di Jakarta dengan kontrak 1 bulan kerja. Dan akhirnya, bisa sampai
sekarang. Passion menulis membawa saya sebagai seorang fulltime blogger yang
bisa menghasilkan profit uang bulanan hingga tahunan yang mencukupi kehidupan
saya.
Tentu, modal bekerja sesuai passion sebagai blogger pun harus
belajar lagi bagaimana saya bisa menjadi seorang blogger profesional dari nol.
Mulai cari tahu blogger itu apa? Cara kerjanya seperti apa? Bagaimana
mendapatkan penghasilan dari blogger? Bagaimana menjadi blogger yang laris
digandrungi klien? Bagaimana menjadi blogger yang berprestasi? Bagaimana
membuat konten yang bagus di social
media? Dan banyak lagi.
Baca juga: Hobi Menjadi Profesi, Begini Cara Menjadi Blogger Pemula
Nama saya mulai naik lagi begitu saya memenangkan perlombaan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) tahun 2018 akhir tahun di kategori citizen journalism sebagai juara 2. Di akhir tahun yang sama 2018, kembali memenangkan perlombaan blog bertemakan Energi Terbarukan juara 2 juga yang diselenggarakan oleh Coaction Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Denmark di Indonesia.
Sebelumnya, terima kasih kepada tim Komuni Asik atas
kesempatannya yang diberikan kepada saya untuk bisa berbagi pengalaman perihal
kehidupan setelah kuliah. Terima kasih saya berikan juga kepada teman-teman
yang sudah bersedia mendaftar dan mau meluangkan waktunya mengikuti sharing
“Seminar Nasional Online” yang menurut pribadi penulis terasa begitu wah dengan
3 kata tersebut.
Oh ya, sebelumnya saya juga mau meminta maaf untuk materi
yang dibuat ini sudah dalam bentuk tulisan bercerita khas keseharian saya ngeblog. Yah, bagi saya pribadi ini akan
lebih terasa santai, menyeluruh untuk disampaikan dan pastinya jadi gaya
nyamannya saya sebagai blogger saat ini. Jadi, mohon maaf bila ada yang kurang
berkenan terhadap materi yang saya berikan.
Foto saat mengikuti workshop di Akademi Instagram regional Jakarta |
Pemberitahuan diawal. Pada tulisan ini akan saya bagi ke
dalam 4 Pembahasan, dengan jumlah kata di lebih dari 1500 kata sekitar 5
halaman lebih kertas A4. Semoga teman-teman semua bisa membaca semua ulasan ini
dengan perlahan dan santai. Yuk,
langsung aja masuk ke pembahasan utamanya.
Setelah Lulus Kuliah; Mengejar Keinginan Bekerja Sesuai Passion
Saya pribadi merupakan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jurusan
Komunikasi yang lulus pada tahun 2017. Di masa semester 7 atau 8, masa-masa
masuk membuat skripsi. Saya selalu dihantui oleh bayang-bayang setelah lulus
mau ngapain lagi? Kalau mau kerja, bekerja sebagai apa nanti? Bisa tidak
bekerja kantoran? Betah tidak? Bekal pengalaman apa yang bisa saya bawa dan
masukan ke dalam CV? dan lain sebagainya.
Tentu saja, di masa-masa itu saya mulai mengejar –menurut
pribadi- ketertinggalan saya yang dahulu semasa kuliah tidak begitu aktif
mengikuti banyak kegiatan tambahan selain belajar di kelas. Akhirnya, saya mengikuti
kegiatan program relawan 2 bulan di Surabaya dan Bali. Serta memutuskan untuk
mundur memulai skripsi di smester 8. Beruntung, dari sini dapet bahan buat
skripsi sampai akhirnya lulus dengan bahan ini.
Terhitung, selain kegiatan belajar di dalam kelas sebagai
mahasiswa, saya mengikuti 2 kegiatan di luar kampus. Pertama, saya pernah
mencoba ikut kursus Kaligrafi di Lemka Ciputat untuk kembali mengasah hobi
kaligrafi saya semasa MTS di Pondok Pesantren. Kedua, saya mulai aktif dan
menekuni proses belajar menulis di komunitas FLP Ciputat.
Kembali lagi, pada masa semester akhir yang ada dipikiran
saya setelah lulus kuliah adalah bekerja. Namun, masih gak tahu mau kerja apa?
Di perusahaan mana? Tapi, yang ada di pikiran saya adalah bekerja sesuai dengan
apa yang saya sukai dan saya bisa kerjakan. Modal saya waktu itu saya suka dan
bisa menulis serta main social media. Kekeh dalam pikiran saya adalah bagaimana
pun caranya, modal ini yang harus membawa saya sampai pada tahap pekerjaan.
Sampai saya lulus kuliah, beberapa bulan setelahnya. Saya
mendapatkan rekomendasi pekerjaan. Dan alhamdulillah, saya bisa bekerja dengan
modal saya menulis dan bermain social media. Ya, pada saat itu menjadi status
pekerjaan tetap saya sebagai karyawan dengan posisi sebagai Social Media Digital
di perusahaan agensi periklanan di Jakarta.
Foto di Kalimantan, saat masih bekerja sebagai Social Media Digital |
Dan setelah saya resign, saya pun mengambil keputusan besar
untuk menekuni pekerjaan sebagai freelancer, Blogger. Biasa disebut oleh
teman-teman fulltime blogger karena mengandalkan penghasilan dari bekerja
sepenuhnya sebagai blogger.
2 tahun lebih bekerja sebagai fulltime blogger. Menjadi
kebanggan saya pribadi, bisa bekerja tanpa terikat oleh suatu instansi, waktu
bekerja yang fleksibel serta bisa bekerja di mana saja. Jelas, saya sangat
bahagia menjalani ini semua. Selain mendapatkan profit penghasilan, saya pun
mendapatkan banyak pengalaman juga tentunya.
Baca juga: Cerita Kuliah Sambil Kerja
Baca juga: Cerita Kuliah Sambil Kerja
Bekerja Sesuai Passion: Apa itu Passion?
Passion adalah tentang apa yang kita sukai dan bisa
dilakukan. Hampir sama dengan hobi, tapi ada pembeda di antara keduanya. Hobi
biasanya dilakukan untuk bersantai, meluangkan waktu, sebagai cara menciptakan
kesenangan diri. Sedangkan passion menjadi kegiatan yang disukai, ditekuni dan
dikembangkan dengan serius. Mungkin bisa saya katakan menjadi kompetensi diri.
Sedikit gambaran, sejak SMA saya sudah suka dengan yang
namanya bersocial media. Sekitar tahun 2012 saya mulai membuat blog. Dan
akhirnya saya seriusi sampai ikut pelatihan Social Media 6 bulan di tahun 2016 dan
menjadikan setiap ilmu yang saya dapat ini modal skill untuk bekerja di ranah
profesional sebagai karyawan social media digital maupun sekarang sebagai
seorang fulltime blogger.
Seandainya saya tidak mengembangkan kegemeran saya
berselancar di social media ini. Tentu saja, hanya akan menjadi sebuah hobi
bersantai dan menghabiskan waktu.
Saat mengikuti pelatihan Social Media 6 Bulan bersama Repzone yang diselenggarakan oleh Republika |
Di dalam buku Millennial Power yang ditulis oleh Deddy
Corbuzier dan erik Ten Have disebutkan bahwa passion yang tidak menghasilkan
uang disebut dengan hobi. Hal yang sama juga disampaikan oleh seorang entrepreneur
Denny Santoso yang menyebutkan idealnya bekerja sesuai passion dan ada duitnya.
Apakah passion selalu didapati dari hobi? Tidak. Teman saya,
dengan latar belakang kuliah di jurusan Kimia akhirnya harus bekerja di bidang
Social Media digital juga. Apakah awalnya itu hobinya? Tidak. Saya tahu, teman
saya ini pintar, gemar belajar dan berbagi. Bahkan, ia sempat diterima 2
beasiswa luar negeri S2. Dosen adalah pilihan yang tepat untuknya dengan modal
pengalaman bekerja sebagai guru privat, guru home schooling, sampai lulusan
Indonesia Mengajar.
Tapi, akhirnya dia mulai belajar semua hal tentang social media
dan itu membuatnya jatuh cinta. Akhirnya, dia bisa bekerja di salah satu
perusahaan sebagai tenaga ahli social media. Bila tidak salah, bahkan dia sudah
mendapati posisinya sebagai Supervisor dengan penghasilan dua digit. Bahkan,
dia sudah memiliki website resmi sendiri yang dia kembangkan bersama temannya
dan sudah bisa menciptakan lowongan pekerjaan untuk orang lain.
Bekerja Sesuai Passion; Bagaimana Menemukan Passion Diri?
Jawabannya adalah dicari, dicoba, tekuni, dalami dan
kembangkan. Seperti yang saya katakan sebelumnya, passion bisa didapat dari
hobi atau pun sesuatu yang baru dicoba.
Raditya Dika Penulis, Stand up Comedy, Sutradara dan banyak
gelar pekerjaan lainnya yang dia lakoni. Mengawali perjalanan kisah sukses
sebagai seorang Blogger. Di mana ia menulis tentang kehidupan sehari-hari yang
pada akhirnya membawanya sukses menjalani profesi yang dia sukai dan bisa ia
nikmati setiap hasil dari karyanya.
Saya sendiri mulai memikirkan dari apa yang saya suka dan
bisa dikembangkan. Contoh lain selain bersocial media. Saya sudah gemar sekali
membaca buku sejak di bangku MTS, sewaktu di Pondok Pesantren. Hingga akhirnya
di semester satu kuliah saya berpikir ingin sekali menjadi seorang penulis
profesional. Tujuan saya ingin membagikan setiap ilmu yang sudah saya dapat/baca
bisa dibagikan lagi ke banyak orang. Maka, caranya adalah dengan belajar
bagaimana menjadi seorang penulis dan menulis dengan profesional.
Di semester 3, saya memutuskan untuk masuk komunitas menulis FLP
Ciputat dan mengembangkan kemampuan menulis di sana. Perjalanan panjang untuk
saya bisa di titik ini sebagai seorang fulltime blogger profesional.
Masa awal belajar menulis saya pernah menulis buku yang
ternyata isinya salah besar atau masih acak-acakan tidak sesuai dengan kaidah kepenulisan.
Tulisan kedua, dengan buku yang sudah ditulis dengan lebih rapih dan koreksian
sana sini dan berbagai masukan dari senior saya di komunitas FLP Ciputat.
Tulisan saya ditolak penerbit.
Saya sempat memutuskan untuk mencari passion lain dari
menulis. Bila sebelumnya, saya menulis non fiksi, saya mulai belajar hal baru
lagi di FLP dengan ambil kelas Sastra. Yah, perjalanannya sama tidak mudah.
Coba buat karya fiksi baik cerpen maupun puisi untuk dimuat di salah satu
media. Nyatanya, hanya berhasil masuk satu di koran Tangsel itu pun tidak
mendapatkan fee sebagaimana media besar menawarkan imbalan uang apabila
berhasil lolos.
Selebihnya, di tahun berikutnya setelah saya mempelajari
bagaimana menulis non fiksi dan sastra. Saya mulai ikut lomba dan berhasil
masuk menjadi salah satu pemenang kompilasi buku dua kali berturut-turut selama
2 tahun dari penerbit mayor Divapress.
Setelah belajar soal menulis buku non fiksi dan sastra. Saya pun kembali belajar soal dunia jurnalistik. Ya, kira-kira semester 7 saya mendapatkan tawaran bekerja sebagai freelancer di salah satu majalah Lembaga Zakat yang besar di Malang dan Surabaya. Tiga tahun menggeluti pekerjaan sebagai freelancer jurnalis tentu membuat saya semakin banyak pengalaman dan menemukan passion diri saya. Oh ya, program relawan yang saya ikuti di atas dari kantor Majalah saya ini.
Setelah belajar soal menulis buku non fiksi dan sastra. Saya pun kembali belajar soal dunia jurnalistik. Ya, kira-kira semester 7 saya mendapatkan tawaran bekerja sebagai freelancer di salah satu majalah Lembaga Zakat yang besar di Malang dan Surabaya. Tiga tahun menggeluti pekerjaan sebagai freelancer jurnalis tentu membuat saya semakin banyak pengalaman dan menemukan passion diri saya. Oh ya, program relawan yang saya ikuti di atas dari kantor Majalah saya ini.
Foto saat bekerja sebagai content writer di media online |
Foto saat pertama kali mengikuti seminar soal blogging untuk pemula bersama Ani Berta Founder Komunitas Blogger ISB |
Baca juga: Hobi Menjadi Profesi, Begini Cara Menjadi Blogger Pemula
Bekerja sesuai passion. Semua bisa meraihnya, selama passion
itu dicari, ditekuni, didalami dan dikembangkan. Jangan pernah bosan untuk
mencoba dan melakukan hal baru. Perbanyak wawasan dari mana saja tempatnya, dan
perbanyak kawan dari berbagai latar belakang.
Bekerja Sesuai Passion: Membangun Branding Baru Sebagai Blogger
Saya ingat betul bagaimana harus tertatihnya saya menyusuri
jalan sebagai seorang fulltime blogger. Resign dari pekerjaan tetap saya
sebagai seorang Social Media Digital tahun 2017 bulan November, dan menyiapkan
modal tabungan untuk kebutuhan saya sebagai seorang fulltime blogger. 6 bulan
awal menjadi masa sulit bagi saya di mana pendapatan uang masih tidak stabil
dan tabungan benar-benar harus habis untuk keperluan biaya hidup sehari-hari
dan modal alat sebagai blogger membeli kamera sampai smartphone baru yang
kebetulan sempat dicopet.
Kalo bekerja sebagai blogger bisa mendatangkan uang, kenapa
tabungan harus habis? Pertama, karena klien belum tahu saya ada sebagai blogger
pendatang baru. Kedua, pekerjaan sebagai blogger rupanya sudah banyak yang
menggelutinya. Sehingga, saya harus bersaing. Sehingga, diperlukannyalah yang
namanya branding.
Ngomong-ngomong, Branding itu apa? Simpelnya adalah tanda
pengenal. Di suatu lini bisnis, branding menjadi kegiatan membuat nama atau
simbol yang nantinya menjadi identitas suatu produk.
Pada kasus saya sebagai seorang blogger. Saya bisa melihat
branding diri dilakukan dari 2 hal. Pertama, personal branding. Dan kedua, product
(karya) branding.
Sejenak saya mulai mengingat kapan mulainya diri ini
terbranding sebagai seorang blogger dan banyak dilihat orang. Pertengahan tahun
2018 teman-teman seprofesi mulai melihat saya sebagai blogger pendatang baru.
Kenapa? Personal Branding. Di mana saya berusaha membentuk dan membuat
orang-orang mengenal saya dengan meningkatkan citra berdasarkan value/keunggulan
yang ada pada diri saya.
Baca juga: Mengintip Keseruan "Field Trip" Peserta Danone Blogger Academy 2018
Foto wisuda peserta Danone Blogger Academy 2018 |
Pertengahan Tahun 2018 itu, saya terpilih menjadi salah satu
peserta Danone Blogger Academy angkatan ke 2. Nama saya mulai dilirik dan
dikenal karena berhasil masuk academy tersebut yang harus diperebutkan oleh
banyak blogger atau kompasianers yang hanya dipilih 20 peserta saja termasuk
saya. Bahkan, angkatan ke 3 tahun 2019, peserta yang diterima semakin sedikit
hanya 10 orang saja dengan jumlah peminat semakin tinggi.
Tulisan lomba AJP 2018: Survey Instastory, Banyak Generasi Millenial Pakai Pertamax
Nama saya mulai naik lagi begitu saya memenangkan perlombaan Anugerah Jurnalistik Pertamina (AJP) tahun 2018 akhir tahun di kategori citizen journalism sebagai juara 2. Di akhir tahun yang sama 2018, kembali memenangkan perlombaan blog bertemakan Energi Terbarukan juara 2 juga yang diselenggarakan oleh Coaction Indonesia bekerjasama dengan Kedutaan Besar Denmark di Indonesia.
Tulisan lomba Energi Terbarukan: Kerennya Pedagang Kaki Lima GBK Memanfaatkan Energi Terbarukan Solar Panel
Dan di tahun 2019, saya mulai mengejar prestasi memenangkan perlombaan menulis blog sampai membranding di social media dengan memenangkan perlombaan di Instagram ataupun twitter, meningkatkan followers saya di Instagram sampai 10.000 lebih dan melebeli nama social media saya sebagai Blogger Hensem. Uhuk. Maaf, kalau ada yang eneg dan kaget abaikan saja ya. Hehe
Dan di tahun 2019, saya mulai mengejar prestasi memenangkan perlombaan menulis blog sampai membranding di social media dengan memenangkan perlombaan di Instagram ataupun twitter, meningkatkan followers saya di Instagram sampai 10.000 lebih dan melebeli nama social media saya sebagai Blogger Hensem. Uhuk. Maaf, kalau ada yang eneg dan kaget abaikan saja ya. Hehe
Branding diri lainnya dalam dunia blogger ada product
branding seperti mengambil niche khusus. Ada travel blogger yang fokus membuat
tulisan destinasi wisata yang sudah pernah dia kunjungi. Ada lagi food blogger
yang membuat ulasan aneka kuliner. Ada lagi beauty blogger yang membahas soal
produk kecantikan sampai tips merawat wajajh. Fashion blogger, dan banyak lagi.
Semakin spesifik, orang akan semakin jelas dan mudah mengenali siapa kamu.
Tips buat teman-teman Sobat Komuni Asik yang ingin melakukan
branding diri:
1. Kenali
diri sendiri
2. Kenali produk atau karya apa yang akan dibuat tapi itu kamu banget
3. Kenalkan siapa kamu dan karyamu lewat prestasi
4. Konsisten
5. Pahami perkembangan zaman saat ini yang sudah memasuki era 4.0
2. Kenali produk atau karya apa yang akan dibuat tapi itu kamu banget
3. Kenalkan siapa kamu dan karyamu lewat prestasi
4. Konsisten
5. Pahami perkembangan zaman saat ini yang sudah memasuki era 4.0
Lulus kuliah
mau apa? Saya Cuma bisa katakan begini. Bekerja sesuai passion atau tidak
(belum), jalani saja. Coba banyak hal dan rasakan titik di mana kamu mulai
menyukai pekerjamu. Lalu, kembangkan dan terus cari ilmunya. Jangan pernah
merasa puas teradap apa yang sudah didapat. Saya sendiri pun masih punya peer, "Lalu, apa setelah ini?"
Jadi, itu
dia yang bisa saya bagikan. Terima kasih buat semua teman-teman yang sudah
membaca tulisan ini. Semoga bermanfaat.
Buat teman-teman yang ingin berteman dengan saya di social media. Bisa follow di:
Intagram/twitter: @nursaidr_
Facebook: Nur Said Rahmatullah
Buat teman-teman yang ingin berteman dengan saya di social media. Bisa follow di:
Intagram/twitter: @nursaidr_
Facebook: Nur Said Rahmatullah
Posting Komentar untuk "Life After Campus, Bekerja Sesuai Passion Mungkinkah?"