Curhat Keluarga Pasien Idap Penyakit Langka yang Butuh Bantuan Pemerintah
Halo Sobat Blogger semua.
Setiap orangtua, pasti menginginkan kelahiran anaknya dalam keadaan sehat. Bahagia bisa melihat tumbuh bayinya setiap hari. Sayangnya, orangtua tidak bisa menjamin atas setiap kelahiran bayinya sesuai keinginan. Bagaimana pun, anak adalah titipan yang Tuhan berikan kepada manusia. Sehingga, terkadang seorang Ibu harus siap menerima kondisi anaknya yang baru lahir bagaimana pun kondisinya.
Setiap orangtua, pasti menginginkan kelahiran anaknya dalam keadaan sehat. Bahagia bisa melihat tumbuh bayinya setiap hari. Sayangnya, orangtua tidak bisa menjamin atas setiap kelahiran bayinya sesuai keinginan. Bagaimana pun, anak adalah titipan yang Tuhan berikan kepada manusia. Sehingga, terkadang seorang Ibu harus siap menerima kondisi anaknya yang baru lahir bagaimana pun kondisinya.
Hal yang kurang menyenangkan ini rupanya terjadi dan tengah
dijalani dengan penuh kesabaran oleh Ibu Karina. Dalam acara 100 tahun RSCM,
Yayasan MPS dan Penyakit Langka Indonesia Ibu Karina hadir serta berbagi
pengalamannya berjuang melawan penyakit langka ini untuk kelangsungan hidup
anaknya.
2 kali melahirkan, 2 kali pula diberikan anak dengan mengidap
penyakit langka. Sayangnya, anak pertama dari Ibu Karina harus meninggal karena
kurangnya pemahaman soal penyakit langka ini.
Ibu Karina tidak salah. Ia sudah melakukan semuanya yang
terbaik untuk anaknya. Selama masa kehamilan pun semuanya berjalan baik, tidak
ada tanda-tanda apa pun soal penyakit langka ini. Memang penyakit langka ini
saja yang jarang ditemui. Sehingga, segala persiapan menghadapinya menjadi
kurang. Termasuk di sini dunia medis dan pemerintah yang menanganinya.
Lalu, bagaimana Ibu Karina berjuang merawat anak keduanya
yang mengidap penyakit langka ini?
Berjuang Melawan Penyakit Langka
Hamil anak pertama, menjadi kelahiran yang sangat
ditunggu-tunggu oleh Ibu Karina. Namun siapa sangka, kalau kelahiran yang
membuatnya bahagia itu rupanya bersifat sementara. Ia menuturkan, di hari
ketiga, anak pertamanya mengalami sesak napas, yang mana kondisi ini diperparah
karena dokter tidak mengetahui penyebabnya apa.
Ia pun memindahkan anaknya ke NICU RSCM. Barulah, dicurigai
kalau anak pertamanya ini mengidap penyakit langka. Amat disayangkan kembali,
untuk pemeriksaan tes penyakit langka tidak bisa dilakukan di Indonesia.
Sehingga, perlu dilakukan tes darah yang perlu diuji coba di rumah sakit
Malaysia.
Kabar baik didapat Ibu Karina, kalau penyebab anaknya sesak
napas sudah diketahui dan postif mengidap penyakit langka. Namun, kabar buruk
rupanya didapatinya lebih dahulu. Kalau sebelum hasil tes darah diterima,
anaknya sudah meninggal.
Pengalaman penyakit langka pada anak pertama, membuat Ibu
Karina lebih sigap menghadapi kelahiran anak keduanya, Praba Dewantara. Sebelum
lahir sudah dilakukan aneka perencanaan dan dilakukan pengeceka. Dan hasilnya
positif kalau anak kedua mengidap penyakit langka, metil malonik asid tamia azumatil zero.
Kondisi ini membuat Dewa harus memenuhi asupan nutrisi yang
dikhususkan untuk pengidap penyakit langka. Mengetahui anaknya positif terkena
penyakit langka rupa tidak membuatnya tenang. Pasanya, untuk mendapatkan
nutrisi –bukan susu, semacam spesial formula- ini harus dipesan khusus dari
Amerika. Selama 2 minggu awal, sambil menunggu impor spesial formula dari
Amerika. Dewa mengalami dekompesasi lemas dan muntah akibat tidak terpenuhinya
asupan nutrisi di 1000 hari pertamanya. Tentunya, ternyata penyakit langka ini
akan berpengaruh pada keberlanjutan terkenanya stunting.
Alhamdulillah, spesial formula datang tepat waktu, sehingga
Dewa bisa memenuhi asupan nutrisi untuk mengejar ketertinggalan gizi seimbang
di 1000 hari pertama. Dewa, berkat spesial formula yang didatangkan khusus dari
Amerika membuat kondisinya terus membaik. Beberapa catatan yang diberikan oleh
Ibu Karina, kalau anaknya ini perutnya tidak boleh sampai kosong selama 3 jam.
Sejauh ini, hal yang selalu membuat Ibu Karina was was adalah
apakah spesial formula ini akan datang tepat waktu? Karena bila spesial formula
sudah habis dalam 1 bulan, dan stok tidak terisi lagi. Akan membahayakan
kondisi Dewa.
Di usianya yang menginjak 9 bulan. Selama 1 bulan ini, Dewa
sekiranya membutuhkan 5 sampai 6 kaleng. Untuk total biaya yang dikeluarkan,
selama satu bulan. Kebutuhan Dewa mulai dari spesial formula, terapi dan lab
membutuhkan biaya sebesar Rp 20 juta. tentu saja, ini bukan jadi hal yang mudah
bagi Ibu Karina.
Memiliki kondisi dengan anak penyakit langka juga dialami oleh
ibu Tanti orangtua Sashi. Sashi mengidap penyakit langka Phenylketonuria (PKU)
yang mebuat Sashi menjalani pola hidup diet ketat sejak usia 20 hari.
Beruntung, Sashi menjadi salah satu anak dengan penyakit
langka yang lahir di Jepang. Sehingga, segala tindak medis yang diperlukan di
sana sudah bisa didapat dan mendapatkan pertolongan dengan cepat.
Di usia remajanya, kini Sashi bisa tumbuh kembang sebagai
anak yang cerdas dan memiliki IQ tinggi. Tentu, semua berkat pola diet ketat
tidak bisa asal makan sembarang. Khusus spesial formula dan makanan “buatan
racikan”.
Penyakit Langka dan Peraturan Menteri Kesehatan yang Tidak Bisa Berjalan
Penyakit langka, menjadi salah satu kondisi yang membahayakan
bagi anak karena mampu mengancam jiwa anak. Kondisi yang akan dialami oleh anak
mengidap penyakit ini adalah menurunnya kualitas hidup penderitanya.
Ibu Peni Utami, selaku ketua Yayasan MPS dan Penyakit Langka
Indonesia menuturkan dalam salah satu mini talkshow 100 tahun RSCM, “Anak
dengan kondisi medis khusus penyakit langka memiliki beban yang sangat besar.,
baik dari sisi tantangan kesehatannya maupun pemenuhuan nutrisi sehari-hari.
Untuk itu, kami aktif mendorong bantuan berbagai pihak, salah satunya adalah
dorongan implementasi peraturan untuk memudahkan penyediaan dan penggunaan
nutrisi medis khusus bagi anak dengan penyakit langka.”
Buat yang nanya penyakit langka itu ada apa saja? Jawabannya
ada banyak. Ada sekitar 6000 sampai 8000 jenis penyakit langka yang kini sudah
dihadapi oleh 350 juta orang di dunia. Di Indonesia sendiri, penyakit ini
menyerang sekitar 1 banding 1000 orang yang terkena. Oh ya, 75% dari pengidap
penyakit langka ini adalah anak-anak. Hanya sekitar 5% dari pasien ini yang
mendapatkan penanganan tepat serta memadai.
Seperti yang saya bilang di atas, pengidap penyakit langka
berpotensi pada terkenanya stunting akibat sulitnya pemenuhan nutrisi pada
tahap awal kehidupan.
Dalam mini talkshow edukasi kondisi anak dengan penyakit
langka, Prof. DR. Dr. Damayanti Rusli Sjarif, SpA(K), selaku guru besar FKUI
dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi Penyakit Metabolik menyampaikan,
“Sama seperti anak lainnya, anak dengan penyakit langka juga membutuhkan pemenuhan
nutrisi sesuai kebutuhan masing-masing untuk mencegah malnutrisi atau bahkan
kondisi stunting. Walaupun memiliki penyakit langka, bukan berati kondisi
kognitif anak dapat dinomor duakan. Pemerintah wajib mendukung kebutuhan anak
dengan penyakit langka, terlebih saat ini sudah diterbitkan ada Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 29 tahun 2019 tentang penanggulangan Masalah Gizi Bagi
Anak Akibat Penyakit. Petunjuk teknis mengenai peraturan dan komitmen
pemerintah pusat hingga daerah inilah yang kita dorong agar anak dengan
penyakit langka dapat terjamin nutrisi sehari-harinya.”
Ibu Karina, sebagai orangtua yang memiliki anak dengan
penyakit langka tentu senang dengan adanya Peraturan Menteri Kesehatan ini.
Namun, setelah ia baca-baca detailnya. Sebagai seorang pakar hukum. Ia
menyimpulkan kalau peraturan ini sama saja bohong, alias tidak bisa dijalankan
mengingat tidak adanya petunjuk teknis yang jelas.
Sejauh ini, menurut Prof. DR. Dr. Damayanti, beliau masih
berjuang sendiri bersama RSCM untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik
untuk setiap para ibu yang mendapati anaknya mengidap penyakit langka. Tentu
saja, menjadi perjuangan yang tidak mudah. Baik soal dunia medis di Indonesia
hingga pembiayaan yang besar dalam membantu pasien.
“Tujuan saya untuk menolong orang. Saya percaya akan Tuhan.
Tuhan pasti akan membantu dan membalas kebaikan kami. Bagi saya, semua anak
punya hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan medis yang terbaik dan sesuai,”
ungkap Prof. DR. Dr. Damayanti.
Sampai saat ini, Prof. DR. Dr. Damayanti, Ibu Karina dan
mewakili suara orangtua yang menanggung anak dengan mengidap penyakit langka
ini berharap adanya keseriusan pemerintah menjalankan komitemennya pada
Peraturan Menteri kesehatan nomor 29 dengan memberikan petunjuk teknis yang
jelas agar implementasi peraturan tersebut berjalan. Tidak menjadi peraturan
yang sia-sia.
Posting Komentar untuk "Curhat Keluarga Pasien Idap Penyakit Langka yang Butuh Bantuan Pemerintah"