Gundala Belum Tahu Jati Dirinya, Pantes Berantemnya B Aja
Halo Sobat Blogger semua, setelah sebelumnya perfilman
Indonesia diramaikan dengan Film Bumi Manusia. Kini, bioskop sedang ramai diperbincangkan
laga film Gundala yang menjadi serial film pahlawan Indonesia, dari Jagat
Sinema Bumi Langit.
sumber: ig @gundalaofficial |
Superhero Indonesia yang diperankan oleh Abimana ini telah
banyak ditunggu-tunggu pemirsanya. Terlepas dari perdebatan film ramah anak,
yang ternyata ada batas minimal 13 tahun ke atas. Film ini telah banyak menuai
pujian bagi penikmatnya.
Penasaran dengan berbagai review yang ditampilkan melalui
social media. Saya pun akhirnya ikut menonton film ini di bioskop. Tak ada
kesan atau ekspektasi apa pun sebelum saya menonton. Bahkan, soal trailernya
pun saya lupa. Sempat nonton atau tidak? Lantas, apakah benar filmnya sebagus
yang banyak dikatakan orang-orang?
“Musuh umat manusia yang paling
berbahaya adalah kebenaran yang disembunyikan.”
Review Film Gundala
“Kalau kita melihat ketidakadilan di
depan mata. Lalu kita tidak bertindak apa-apa. Maka kita bukan sudah bukan
manusia lagi.”
Kutipan ini rasanya menjadi topik utama dari film superhero
ini. Film yang menggambarkan cerita kehidupan bagaimana ketidakadilan itu bisa
dijumpai di mana saja ini bagi saya pribadi menyuguhkan cerita yang cukup
berat. Ya cukup berat untuk ukuran
anak-anak yang katanya film ramah anak. Bahkan, jadi terbilang kasar dan sadis mungkin.
sumber: ig @gundalaofficial |
Saya sendiri termasuk yang suka dengan jalan cerita yang
diberikan, karakter tokoh yang beragam terutama dari musuh-musuhnya, sampai
konflik-konflik yang ditaro di setiap adegan.
Film ini juga hadir dari para pemain yang diperankan oleh
aktor dan aktris ternama. Seperti tokoh utama diperankan oleh Abimana Aryasatya
(Sancaka/Gundala), Tara Basro (Wulan) yang nantinya bakal jadi salah satu
superhero juga sebagai Merpati, Bront Palarae (Penkor), Ario Bayu (Ghazul), Rio
Dewanto (ayah Sancaka), Marissa Anita (ibu Sancaka), Lukman Sardi, Faris Fadjar
Munggaran, Aming, Cecep Arif Rahman, Donny Alamsyah, Tanta Ginting, Kelly
Tandiono dan banyak lagi.
sumber: ig @gundalaofficial |
Secara keseluruhan, saya sendiri memberikan rating untuk film
ini 75/100. Tentu, nilai ini saya berikan bukan tanpa alasan. Melainkan dengan
beberapa catatan yang saya ulas di bawah ini.
Buat Sobat Blogger yang belum menonton, pastinya saya pribadi
menyarankan untuk bisa menyaksikan film ini. Biar bisa ngikutin film-film
superhero Indonesia lainnya yang siap tayang nanti.
Gundala: Film yang Banyak Membicarakan Soal Moral
“Jika bukan anak cucu kita. Tidak
akan ada generasi yang mampu menebus menebus kesalahan-kesalahan kita.”
Satu poin bagus yang sangat menonjol dari film ini adalah
yang kental mempertanyakan apa itu unmoral? Di salah satu scene, menyebutkan
unmoral itu adalah tindak korupsi. Bahkan, di scene pemberian obat pencegah
unmoral pada jabang bayi dijelaskan secara gamblang seorang anak yang belum lahir harus
menanggung akibat tindak suap yang dilakukan oleh orangtuanya.
Dijelaskan juga unmoral adalah mereka yang menyebut dirinya
bermoral. Tapi bisa secara membabi buta menghakimi seorang yang dianggap hina
hingga mati tanpa memikirkan masih ada anak yang ditinggalkan.
Adegan Berantem Gundala yang Biasa Aja
Sebagai film action yang bertemakan super hero. Saya sangat
mengharapkan mendapatkan suguhan penampilan laga pertarungan yang keras, cepat
dan keren dengan gaya-gaya yang keluar dari setiap jurus yang ada. Tapi entah
kenapa, di film Gundala ini saya melihat aksi berantem yang terkesan lambat dan
seperti baru latihan.
Sumber: ig @gundalaofficial karya @awedope.arts |
Baik, di bagian akhir film pada akhirnya disebutkan kalau
Gundala masih belum tahu siapa jati dirinya. Mungkin, itu sebabnya kenapa tidak
ada pertarungan yang membuat kesan wah dari film ini. Maklum, Gundalanya masih
latihan mencari kekuatan.
Gundala: Tidak Kembali Menggambarkan Kembalinya Sang Ibu
Film ini dibuka dengan penggambaran bagaimana perjuangan
keluarga Sancaka dalam melawan ketidakadilan. Puncaknya, tergambarlah Ibu dari
Sancaka ini pergi ke luar kota
mendapatkan pekerjaan. Sayangnya, janjinya yang hanya pergi sehari dan esok
sudah ada di rumah tidak terpenuhi.
Ibu Sancaka tidak kembali ke rumah. Hingga membuatnya hidup
sendiri di usianya yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Sampai pada
akhirnya Sancaka memutuskan untuk meninggalkan rumah, karena sudah putus asa
menuggu kehadiran sang Ibu.
Singkat cerita, saat Sancaka dewasa bertemu dengan Wulan yang
pernah bersama dan mengetahui keberadaan ibunya. Sayangnya, ketika Wulan
menceritakan kalau ibunya sempat kembali ke rumah Sancaka di masa lalu, dan
sibuk mencarinyya. Hal ini tidak digambarkan proses sang Ibu mencari anaknya
yang masih kecil sendirian di rumah.
Padahal, ini menjadi adegan penting untuk menunjukan kasih
sayang seorang Ibu.
Tidak Ada Pertarungan Sengit di Film Gundala
Menarik dari film ini adalah menampilkan banyak tokoh-tokoh
jahat yang terlihat kuat dan memiliki karakter berbeda-beda. Mulai dari seniman
tari, mahasiswi (seperti kekasih Joker), tukang pandai besi, dokter, sampai
penyihir. Tapi ternyata, begitu berantem dengan sang super hero. Tidak
memberikan perlawanan yang sengit.
Bahkan, saya berharap sekali ada perlawanan sengit dengan
sang penyihir. Tapi, ternyata mati dengan mudah. Baiklah.
Kenapa Tidak Ada Teknologi Canggih di Film Gundala?
Sejenak saya kembali mengingat-ingat mengenai film-film
superhero besutan Marvel. Di mana banyak menunjukan teknologi-teknologi yang
canggih. Namun, di film ini. Saya menyadari akan hal tersebut tidak ada.
Bahkan, proses pencarian nomor handphone Sancaka pun tidak
diperlihatkan bagaimana bisa menemukannya.
sumber: ig @gundalaofficial |
Menutup, saya punya 1 pertanyaan sih. Itu cowok yang ngajarin
Sancaka belajar berantem pas adegan berantem nolongin dia. Mesti banget ya, ada
adegan ngibasin rambut? Anjir, padahal udah keren berantemnya. Tapi langsung
illfeel dan ketawa terus gegara itu. Haha
Jadi, itu dia sih review film Gundala dari saya. Buat Sobat
Blogger yang udah nonton, berapa rating/seberapa puas dengan film ini?
7 komentar untuk "Gundala Belum Tahu Jati Dirinya, Pantes Berantemnya B Aja"
Sementara film luar, meski mungkin ada makian, dalam bahasa Inggris tentunya, wlopun ngerti tapi anak akan melihat terjemahan dibawahnya. Yang tentu sudah dibuat halus dan layak dialognya
Jadi buat kami, tetap gak ngajak Prema buat nonton Gundala. Aku sih udah nonton, pas Prema sekolah😊
Ou filmnya baguuuus
Beberapa dialog ngajak mikir dan kaya pesan moral. Aku suka filmnya
Kekurangannya kalau buat saya adalah kebanyakan adegan berantem hahaha. Saya sempat meremin mata tiap kali adegan berantem. Bukannya takut, tapi bosan.
Saya memang gak begitu suka kalau film kebanyakan berantemnya. Meskipun genre action sekalipun. Banyakin juga scene lain, termasuk joke-nya. Menurut saya joke di Gundala lumayan dapat. Cuma porsinya kurang :D
Iya klo dibandingkan kelas Hollywood masih cukup jauh terutama soal perkelahian. (Mungkin disesuaikan dgn karakter org timur yg mayoritas ga menyisipkan kesadisan berlebih)