Kerennya Pedagang Kaki Lima GBK Memanfaatkan Energi Terbarukan Solar Panel
“Pakai energi terbarukan solar panel ini enak mas. Gratis, tinggal jemur aja di matahari.” ucap Pak Susyadi pedagang kaki lima di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) Senayan.
Di kawasan Gelora Bung Karno
Senayan yang masih sepi dan nampak banyak pemanjaan perawatan gedung. Saya mempercepat
langkah kaki menuju Jakarta Convention Centre (JCC) untuk menghadiri pembukaan pameran buku.
Pagi itu, terik matahari masih
terasa hangat menyentuh kulit. Menembus pakaian, hingga membuat badan
terasa panas dan menimbulkan efek keluarnya satu bulir keringat di kening yang
jatuh mengalir melewati pipi, hilang oleh sapuan tangan.
Sembari sibuk mengusap bulir
keringat yang semakin banyak. Di bilangan Istora Senayan, saya melihat pedagang
kaki lima yang sedang menjemur alat solar panel. Di benak saya langsung
terngiang sebuah kata, “energi terbarukan”.
Melalui sinar matahari, solar
panel menangkap cahayanya yang mampu menciptakan energi listrik. Sebagai sumber
energi dari proses alam -matahari- yang berkelanjutan inilah, maka disebut
sebagai energi terbarukan. Selain tenaga surga, energi baru terbarukan (EBT)
juga bisa dihasilkan dari tenaga angin, arus air, proses biologi maupun panas
bumi.
Setelah teringat kata EBT
tersebut. Saya pun melanjutkan perjalanan, dan berencana ingin kembali lagi
untuk berbincang terhadap pedagang kaki lima yang tengah menggunakan
solar panel.
Sebagai generasi muda, isu terkait energi baru terbarukan harus terus terupdgrade dalam otak saya. Agar saya bisa terus mengajak Sobat Blogger semua mendukung pemerintah wujudkan meningkatkan penggunaan EBT menjadi 23% di tahun 2025.
Sebagai generasi muda, isu terkait energi baru terbarukan harus terus terupdgrade dalam otak saya. Agar saya bisa terus mengajak Sobat Blogger semua mendukung pemerintah wujudkan meningkatkan penggunaan EBT menjadi 23% di tahun 2025.
Kata Pedagang Kaki Lima GBK Soal Energi Terbarukan
Banyak wajah baru dalam tatanan
pengelolaan pembangunan dari Gelora Bung Karno. Menurut info resmi dari website GBK menjelaskan, kalau semua ini dilakukan guna mewujudkan sebagai kawasan
terbuka hijau yang aman dan nyaman serta ramah lingkungan. Termasuk perubahan pada penyeragaman pedagang kaki lima dalam memanfaatkan energi baru
terbarukan.
Semakin dibuat rasa penasaran,
saya pun mendatangi Pak Susyadi, satu dari 16 pedagang kaki lima di
bilangan Gelora Bung Karno, depan JCC. Sesambil memesan dan menyantap mie
instan panas rasa bakso yang mengepul di tengah awan semakin menghitam. Saya mengajak
Pak Susyadi berbincang.
Pada dasarnya, ia mengatakan suka
dengan inovasi solar panel yang diberikan. Menurutnya, dengan kehadiran
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) ini, sudah tidak perlu lagi menggunakan
listrik. Cukup dijemur saja pada matahari. Listrik sudah bisa didapat.
Rintik hujan mulai berjatuhan, yang
sedikit demi sedikit membasahi tas dan pakaian. Pak Susyadi dan saya sudah
terlajur larut dalam perbincangan hangat. Semakin bersemangat bercerita, ia merasa senang bisa berdagang kaki lima di GBK.
Cuma bermodalkan KTP saja, sudah bisa mencari rezeki. Apalagi, sekarang sudah ada inovasi baru penggunaan PLTS pengganti listrik. Dan yang tidak membuatnya khawatir, bila ada kerusakan pada solar panel, pedagang kaki lima tidak dikenakan biaya apa-apa. Hanya, dikenakan biaya sewa perbulan saja.
Cuma bermodalkan KTP saja, sudah bisa mencari rezeki. Apalagi, sekarang sudah ada inovasi baru penggunaan PLTS pengganti listrik. Dan yang tidak membuatnya khawatir, bila ada kerusakan pada solar panel, pedagang kaki lima tidak dikenakan biaya apa-apa. Hanya, dikenakan biaya sewa perbulan saja.
Namun, di balik kemudahan
mendaftarkan diri berjualan dan penggunaan solar panel. Ada beberapa kekurangan
yang dirasakan olehnya. Seperti, memasuki musim penghujan, sinar matahari yang
didapat dirasa kurang cukup untuk mendapatkan energi listrik yang dihasilkan
untuk berjaga 24 jam di malam hari. Dan yang kedua, daya tampung listrik yang
hanya 70watt dirasanya kecil. Apalagi mesin emoney yang boros listrik karena
harus dicolok terus.
Selain Pak Susyadi, saya pun
melanjutkan perjalanan mencari pedagang kaki lima lainnya di bilangan Istora
Senayan. Di tengah gemericik hujan yang saling menghantam aspal jalan dan
memantul sana sini. Saya mendapati Bu Parmin, wanita yang nampak lelah menunggu rinai berhenti seorang diri ini kembali bersemangat begitu saya mencoba mengajaknya ngobrol.
Kotak daya tampung listrik yang dihasil dari menjemur solar panel ke sinar matahari. Beratnya mencapai 10kg. |
Ia mengungkap senang dengan
kehadiran solar panel. Ia pun berandai, PLTS yang ia sewa perbulan Rp 150.000
ini bisa didapatkan untuk di rumahnya. Pasalnya, adanya solar panel ini enak
digunakan sebagai tambahan listrik gratis.
Penyeragaman penggunaan solar panel sel tenaga surya yang sudah berjalan kurang lebih 4 bulan ini rasanya menjadi titik awal baru bagi masyarakat Indonesia untuk turut andil juga dalam menggunakan energi baru terbarukan ini.
Hal ini sejalan dengan deklarasi
Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap Menuju Gigawatt Fotovoltaik di Indonesia pada
13 September 2017 lalu. Bila pedagang kaki lima GBK sudah menggunakan dan
merasakan (baca) manfaat energi terbarukan solar panel, kapan nih Sob kita juga mau mencoba manfaatnya ini?
Hujan tak lagi menari penuh
semangat. Mengisyaratkan saya bisa pamit undur diri. Kini, wanita itu
tak lagi seorang diri. Sudah ada lelaki berseragam biru dongker menemaninya
menghitung anak hujan yang semakin sedikit berjatuhan.
40 komentar untuk "Kerennya Pedagang Kaki Lima GBK Memanfaatkan Energi Terbarukan Solar Panel"
Perlu disosialisasikan tentunya ke tempat yang lebih luas lagi
para pedagang kaki lima aja udah coba menghemat energi kaya gini. harus jadi pembelajaran nih bagi industri lain*
Keren ini idenya!
Kece banget bisa gituuuuu. Bahkan gue baru tahuuuu 🤔...bisa jadi langkh bagus nih, untuk membuat bumi semakin baik. Mengurai energi dan menjadi lebih hijau pastinya. Fix.. perlu dicontoh.
Bisa buat di kos gue enggak dun? Agaknya solar panel oke juga tuh.