Nekat dan Belajar Otodidak,Tamatan SD Menjadi Bos Pengrajin Oven
“Ya nekat, Mas. Modal ngeliat warga di sini aja. Terus langsung
praktek,” ucap Kamaludin.
***
Teriknya sinar matahari di pagi itu membuat tubuh ini rindu
akan sebuah kehangatan. Tanpa malu, saya pun bersandar untuk mendapatkan sebuah
pelukan hangat nan mesra dari pancaran sinar matahari yang masuk menembus kaca
bis.
Headset yang terpasang sebagai penghantar gelombang suara dan
mengeluarkan nada serta irama sesuai lagu yang dipilih membuat suasana di dalam
bis menjadi semakin khidmat membawa saya menuju Kampung Dukuh, Desa Pasir
Mukti, Kec. Citeureup, Kabupaten Bogor.
Perjalanan saya menuju Kampung Dukuh atau yang lebih dikenal
dengan Kampung Kaleng ini menjadi kunjungan melihat program kemitraan
CSR dari PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. (“Indocement”) Produsen Semen Tiga
Roda dan Semen Rajawali.
Entahlah, belakangan ini saya mendapatkan banyak undangan kunjungan program
CSR. Dan entah kenapa saya pun suka melihatnya.
Selalu ada semangat, kegigihan, dan rasa bersyukur yang bisa
saya temui di dalamnya. Berbaur menyelami desa-desa yang mendapatkan bantuan
program CSR seolah mampu mematik pelajaran hidup yang jarang saya temui di
kemewahan kehidupan perkotaan.
Kamaludin, Lulusan SD yang Mampu Menjadi Bos bagi Dirinya Sendiri
Mampu menjadi bos untuk dirinya sendiri, mungkin itu yang
bisa saya sematkan untuk lelaki muda yang saya temui bersama pekerja
Indocement, Blogger dan Mahasiswa dari Jakarta. Kulitnya yang putih, rambut
yang sedikit ikal dan berperawakan tinggi kurus ini merupakan salah satu warga
Desa Kampung Kaleng yang hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) namun mampu menjadi
bos untuk pekerjaan yang ia geluti, pengrajin Oven.
Ketika kami menjumpainya, terlihat Kamal yang sedang bekerja
membuat oven dengan secangkir gelas kopi yang hanya nampak tersisa sedikit air
kopi hitam pekat. Sesambil melanjutkan pekerjaanya, saya pun mencoba mengajaknya
berdialog yang harapkan tidak menggangunya.
Sebagai pengrajin Oven, Kamal mulai bekerja pukul 08.00 pagi
hingga pukul 16.00 sore. Waktu yang terbilang sama dengan pegawai kantoran di
ibu kota. Pukul 12.00 pun, ia istirahat.
Mahir membuat oven ia pelajari secara otodidak. Hanya
bermodalkan melihat warga sekitar yang sedang membuat, ia nekat langsung
praktek secara mandiri. Bukan waktu yang sebentar untuk dirinya bisa mahir
seperti sekarang. Agar tangan-tangannya cekatan seperti sekarang, sekiranya
butuh waktu 2th untuk dirinya terus mengasah kemampuan membuat oven.
Hingga, seperti sekarang. Jamal mampu membuat 10 oven dalam
seminggu. Berkat bakatnya membuat oven, ia bisa meraup penghasilan dalam
seminggu minimal 500ribu. Berbicara penghasilan, memang semuanya tidak menentu.
Semua tergantung pesanan. Setidaknya, ketika saya melihat Jamal masih membuat
oven, di sana berarti selalu ada pesanan yang diperoleh.
Pengrajin lainnya yang tidak kalah keren juga ada Bang Acun,
bukan lagi seorang pemuda. Tapi, mungkin semangatnya terus muda ini yang memberikan
semangat positifnya dalam bekerja sebagai pengrajin oven.
Bang Acun ini mungkin menjadi salah satu hasil dari pengrajin
turunan di mana kemampuannya membuat oven didapat sudah diajarkan sejak ia duduk
di bangku sekolah kelas 3. Bersama kakaknyanya, sejak sekolah ia sudah
diajarkan bagaimana caranya membuat oven yang mampu menghasilkan nilai tukar
rupiah.
Beberapa oven yang dijual beragam sesuai ukuran maupu jenis
bahannya. Seperti bahan stainless yang memiliki aneka ukuran. Mulai 90x55
dijual seharga Rp 1.200.000 .Ukuran 120x55 dijual seharga Rp 1.400.000. Ukuran
130x55 dijual Rp 1.750.000 dan ukuran 2 meter dijual seharga Rp 5.000.000.
Sedangkan ada produk berbahan galvalum atau kaleng yang
dilapisi alumunium agar tidak karat. Untuk oven dengan ukuran 60x45 dijual
seharga Rp 900.000 dengan 2 pintu.
Kesemua produk dari Desa Kampung Kaleng akan didistribusikan
ke Cawang, Jabodetabek di mana sekitar 135 pengrajin di desa tersebut sudah
memiliki tim marketernya.
Selain memproduksi oven, di Kampung Kaleng ada juga Pak Nur
Jaman. Kerajinannya ini mungkin banyak diburu orang menjelang lebaran. Ya,
kaleng kerupuk mini yang banyak diburu menjelang lebaran ia yang membuatnya.
Barangkali, kaleng kerupuk mini yang kita beli di pasar hasil olahan tangannya.
1 hari Pak Nur Jaman ini mampu memproduksi 50 pcs kaleng
kerupuk mini. Kerajinan yang ia buat beranega ragam jenis ukuran dan harga.
Mulai ukuran 13x16 seharga Rp 15.000, 11x13 Rp 13.000, 15x18 Rp 20.000, 9x12 Rp
10.000 dan 7x10 seharga Rp 7.000. Bila ada yang kesulitan mencari produk ini,
bisa langsung aja menghubungi Pak Jaman di 085780664855.
Oh ya, semua hasil produksi yang langsung dibuat oleh warga
Desa Kaleng ini dijual lebih murah dibanding bila sudah masuk pasar. Harga oven
sendiri bila sudah masuk pasar bila lebih mahal sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1
juta.
Mitra dari program CSR Indocement di
Kampung Kaleng yang berlokasi di Kampung Dukuh, Desa pasir Mukti, Citeureup,
Bogor kini sudah mendapatkan bantuan dan memiliki koperasi yang dibangun sejak
tahun 2015, Koperasi Rancage.
Dengan adanya koperasi ini, masyarakat sangat terbantu dalam
memperluas pangsa pasar, mendapatkan bantuan modal bergulir tanpa bunga,
pemasaran secara daring, adanya tim marketing. Selain itu, bantuan kerjasama
dari Indocement juga dilakukan sebagai pembeli skala besar.
Seperti membeli produk tempat sampah, topi Indocement atau bantal menyerupai
kantong semen. Saya
sendiri pun tertarik sekali dengan produk bantal semen tersebut. Mengingat,
bentuknya yang lucu bak semen beneran.
Menurut Pak Dedi Ahmadi, selaku pendiri Kelompok Usaha
Bersama (KUB) yang sebelumnya belum ada Koperasi Rancage menceritakan bahwa
dengan membuat aneka kerajinan berlogo Indocement ini mampu memikat para
pekerjanya. Memiliki suatu barang yang berlabel tempat di mana mereka bekerja
dirasa menjadi nilai lebih dari suatu produk tersebut. Oleh sebab itu, ia
mengajak para pengrajin boneka membuat boneka bantal berbentuk semen tiga roda.
Oh ya, Pak Dedi Ahmadi baru-baru ini mendapatkan penghargaan
berupa Medali Satya Lencana Pembangunan dan Bakti Koperasi yang diberikan
langsung oleh Menteri Koperasi dan UMKM Republik Indonesia, Anak Agung Gede
Ngurah Puspayoga.
Selain binaan Kampung Kaleng, Indocement juga memiliki
program Pusat Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat (P3M) di Komplek Pabrik Citeureup. Pusat pelatihan yang juga
dijadikan sebagai program Eduwisata ini memiliki beberapa fasilitas pendidikan
eduwisata. Seperti perikanan, peternakan, perkebunan dan energi bersih.
Pada tahun 2017 sendiri, P3M Kompleks Pabrik Citeureup sudah dikunjungi
sekitar 2.700 pengunjung. Di mana kesemuanya telah melakukan kegiatan eduwisata, pelatihan serta studi
banding.
Pastinya, melihat dari semua program eduwisata ini, Indocement
memiliki tujuan sebagai penambahan wawasan dilakukan dengan memberikan materi
dan uji coba langsung yang bisa diberikan kepada masyarakat setempat dan umum.
Dan eduwisata ini pun juga terbuka untuk anak-anak TK dan SD.
Karena memang Indocement ingin sekali memperkenal budidaya perikanan, berternak
kambing dan burung puyuh, serta pertanian termasuk mengolak pertanian organik. Di
samping itu, anak-anak juga nantinya akan dikenalkan dengan energi bersih
seperti biogas, listrik tenaga kinetik, sel surya dan lainnya.
Menarik bukan program yang dijalankan Indocement ini.
Tertarik berkunjung?
Posting Komentar untuk "Nekat dan Belajar Otodidak,Tamatan SD Menjadi Bos Pengrajin Oven"