Sekolah Gratis Membawa Anak Kebun Jamal Rosid pada Kompetisi OSN Tingkat Nasional
Investasi manusia, pentingkah?
Di jembatan penyebrangan orang (JPO) Sarinah, mall Blok M
Plaza, atau di Plaza Festival sering saya jumpai relawan-relawan kemanusiaan
yang mencoba mengajak saya ngobrol santai. Di pembukaannya, relawan yang
kebanyakan seorang wanita ini menyapa saya dengan senyum terbaiknya, dan sapaan
ramah.
“Halo ka, saya dari bla bla ingin sharing sebentar dengan
kakanya mengenai program kemanusiaan kami. Boleh minta waktunya sebentar?”
“Baik, sebelumnya terima kasih sudah mau meluangkan waktunya
dengan saya. Kalau boleh tahu kakaknya kuliah atau sudah bekerja?”
Dan pertanyaan lainnya yang akhirnya dimulai pada sebuah
papan kotak yang berizi 4 gambar berbeda mengenai kondisi pedalaman di
Idonesia. Mulai dari gizi buruk, pendidikan minim, dan lainnya.
Dari ke 4 gambar tersebut, relawan dengan jenis kelamin
perempuan yang kebetulan lebih sering saya jumpai, dan bila bertemu di jarak
yang jauh adanya pria pasti akan saya hindari dengan memutar jalan akan
memberikan saya pertanyaan mana gambar di kotak ini yang menurut saya paling
urgen dan layak dibantu.
Tugas saya hanya menempelkan sticker emoticon senyum di
gambar tersebut. Dan pastinya, saya selalu memilih foto dengan menunjukan permasalahan
pendidikan yang belum layak di Indonesia. Kenapa? Sayangnya pertanyaan kenapa
ini selalu gak pernah ditanyakan oleh relawan. Sehabis saya milih foto, relawan
langsung ngejelasin program mereka dan bertanya kembali ke saya menggunakan CC
atau tidak. Kalau tidak, maka saya tidak bisa bergabung dalam membantu setiap
program mereka. Pada, akhirnya memang berujung seolah saya direject karena
tidak memiliki CC.
Mengenai soalnya kenapanya. Mungkin saya akan menjawabnya di
sini. Bagi saya, pendidikan adalah investasi masa depan. Misal, di suatu
pedesaan selalu diberikan bantuan kesehatan karena lokasi tersebut menjadi
wilayah langganan terkena suatu penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan buruk
masyarakat setempat.
Pikir saya, kalau sekedar bantuan tenaga medis dan
obat-obatan yang terus disuplai ke wilayah tersebut. Saya akan berpikir, mau
sampai kapan hal itu terus berulang jika tidak dirubah dari akar masalahnya,
yakni kebiasaan buruk yang menjadi penyebabnya. Hal ini pun berlaku untuk
permasalahan lainnya. Bagi saya, pendidikan dan pengetahuan adalah kunci dari
sebuah kemajuan suatu negara.
Banyak berkembangnya sebuah desa pasti karena adanya peran
dari sosok berpengetahuan luas yang memberikan sebuah inovasi di wilayahnya
setempat. Demikianlah sudut pandang saya terhadap suatu ilmu pengetahuan yang
bisa didapat di sekolah.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah semua wilayah terdalam
sudah mendapatkan akses pendidikan yang merata? Mungkin belum, tapi saya selalu
yakin ada orang baik yang selalu berjuang guna memajukan pendidikan di
Indonesia.
Hal ini sebagaiamana yang dirasakan oleh Jamal Rasid seorang
anak kebun yang sedang duduk di sekolah dasar ini mendapatkan sentuhan sekolah
gratis hingga membawanya pada sebuah ajang bergengsi yakni Olimpiade Sains
Nasional (OSN) di tingakat nasional. Bagaimana kisahnya? Berikut kisah Jamal Rasid
anak kebun yang berhasil masuk kompetisi OSN tingkat nasional.
Perjuangan Anak Kebun Jamal Rasid dalam Perlombaan OSN di Tingkat Nasional
Ia hanyalah seorang anak kebun sawit. Terpaksa pindah
sekolah, semula di Kebumen, Jawa Tengah menempati sekolah baru di SD Eka Tjipta
Terawan, Kalimantan Tengah. Jamal Rosid harus mengikuti orangtuanya sebagai
karyawan di PT Bina Sawit Abadi Pratama kebun Terawan.
Pindah ke lokasi pedalaman kalimantan, tidak orangtua maupun
Jamal Rasid sendiri putus sekolah. Beruntung, Jamal Memiliki orangtua yang
memiliki tempat kerja mendapati fasilitas sekolah gratis di sekolah berstandar
nasional terakreditasi A, Eka Tjipta Foundation milik program CSR Sinar Mas. Sebuah pendekatan bisnis yang bergerak guna memberikan kontribusi terhadap lingkungan sekitar dalam pembangunan berkelanjutan yang mampu memberikan manfaat dari sisi sektor ekonomi, sosial maupun lingkungan.
Keberuntungan Jamal ini sepertinya benar-benar sangat
dimanfaatkan olehnya yang bisa merasakan fasilitas sekolah gratis dari salah
satu sekolah kebun yang sudah menghasilkan sekiranya 30 ribu anak kebun ini.
Jamal pun tak ragu untuk memanfaatkan waktu belajarnya di
sekolah. Hingga ia bisa terpilih masuk ke dalam peserta tim OSN tingkat
kecamatan Danau Seluluk tahun 2011, di bidang Matematika. Setelah namanya
terpilih, ia semakin rajin belajar. Satu tahun, anak kebun ini mendapatkan bimbingan
secara intens yang lebih mendalam.
Namun, walau sudah dengan semangat belajar yang tinggi. Hal tersebut
belum membawanya pada juara pertama, ia hanya berhasil meraih juara dua. Namun,
kegagalan itu bukan menjadi sebuah kegagalan baginya. Justru, ia jadikan sebuah
pembelajaran berhaga yang dibuktikan di tahun berikutnya kembali mengikuti OSN
mewakili Kecamatan yang sama dan berhasil meraih juara pertama.
Keberhasilannya menjadi juara pertama di tingkat kecamatan
menjadikannya secara otomatis masuk sebagai peserta seleksi OSN tingkat Kabupaten Seruyan di Kuala Pembuang,
Kalimantan Tengah. Dan pada tahap ini, Jamal pun berhasil menjadi yang terbaik
pertama.
Tidak merasa puas di tingkat Kabupaten, Jamal melanjutkan
perjalanannya pada kompetisi OSN di tingkat Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2012. Pada saat itu, ia pun berhasil membawa kemenangan pada juara pertama. Dan
tak kembali lekas puas. Ia melanjutkan kompetisinya di tingkat Nasional Jakarta.
Dan di tingkat ini, seperti belum menjadi suatu kemenangan yang bisa ia berikan
untuk orangtua, sekolah Eka Tjipta dan Kalimantan Tengah.
Kisah Jamal Rasid ini bisa menjadi suatu pembelajaran untuk
kita semua. Bahwa siapa pun, di mana pun, setiap anak berhak mendapatkan sebuah
pendidikan yang layak dan merata. Prestasi Jamal Rasid seharusnya bisa membuka
mata kita semua, kalau anak kebun tak bersekolah? Itu semua hanya cerita lama
saja. Karena sekarang, lewat bantuan Sinar Mas kini anak kebun berhak dan bisa
mampu menggapai prestasi setinggi-tingginya.
Seputar Sekolah Kebun Eka Tjipta
Sekolah Eka Tjipta merupakan sekolah berstandar nasional
terakreditasi A yang berada di bawah naungan Sinar Mas. Dilatarbelakangi oleh
sebuah gagasan kalau investasi manusia sama pentingnya dengan investasi
ekonomi. GAR Ltd dan Sinar Mas Agribusiness and Food menggagas sekolah kebun
bagi anak-anak karyawan dan warga sekitar perkebunan kelapa sawit yang
dikelola.
Menggandeng Eka Tjipta Foundation (ETF) melalui program
peningkatan kualitas sekolah kebun, sekolah-sekolah yang sudah diberinama
Sekolah Eka Tjipta ini berhasil memiliki gelar berstandar nasional. Bahkan,
mampu memiliki akreditasi A.
Bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) RI dan dinas pendidikan setempat meninjau lapangan secara bersama
guna menilai dan menyusun langkah perbaikan.
ETF sebagai salah satu program kegiatan sosial Sinar Mas
memiliki fokus pada bidang pendidikan, kebudayaan dan lingkungan. Visi nya
yakni meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat
sehingga mampu berkontribusi positif bagi pembangunan bangsa dan negara
Indonesia secara berkelanjutan.
Sekolah ini didasari pada nilai-nilai kehidupan pendiri Sinar
Mas, yakni Eka Tjipta Widjaja. “Menjadi sekolah yang menghasilkan individu
berbudi luhur, berkarakter, berprestasi dan peduli lingkungan.” Dan kini telah
berhasil menyandang standar nasional.
Posting Komentar untuk "Sekolah Gratis Membawa Anak Kebun Jamal Rosid pada Kompetisi OSN Tingkat Nasional"