Serunya Ikut Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2018 di Pedalaman Yogyakarta
Jalan-jalan kurban. Begitulah group whatsapp yang dibuat
untuk para pemenang kompetisi blog. Jalan-jalan ke mana? Yogyakarta! Yeay
Jogja.
Ya, setelah diumumkan kalau saya terpilih sebagai pemenang
blog post SocioTrip Kurbanesia di Subang lalu. Saya mendapatkan kesempatan
untuk mengikuti Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa di Yogyakarta. Istimewa buat
saya adalah, Jogja ini menjadi daerah yang belum pernah saya kunjungi. Makanya,
pas tahu menang dan dikasih kesempatan jalan-jalan ke sana. Senangnya bukan
main.
Oh ya, pada lomba Blogpost ini terpilih 4 pemenang. Saya,
Siti Mudrikah, Mas Imawan dan Mas Dzulfikar. Saya dan Mude (panggilannya Siti
Mudrikah) berkesempatan pergi ke Jogja. Dan Mas Imawan beserta Mas Dzulfikar
pergi ke Tuban, Surabaya.
Ini jadi pengalaman yang seru dan luar biasa bagi saya bisa
ikut kegiatan DD. Pasalnya, banyak pengalaman, pembelajaran serta keseruan yang
bisa saya dapatkan. Seperti rasa syukur, ilmu, dan pastinya keseruan dari
jalan-jalannya itu sendiri. Bakal ada keseruan apa sih emangnya? Yuk, ikuti
perjalanan saya Sob selama di Jogja.
Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa di Pedalaman Jogja
Hari kedua di Jogja. Setelah menginap satu malan di Hotel
Pracimantoro, Saya, Mude dan Mba Nisa (perwakilan DD) melaju menuju lokasi Desa
Jepitu, Manukan, Kec Giri Subo, Gunung Kidul. Akses menuju lokasi lumayan
sulit. Yah, sulit karena kami mengikuti GPS yang dibawa lewat jalan-jalan
bebatuan setapak, berbukit bebatuan penuh hamparan sawah. Dan pas sampe di
lokasi dan bercerita perihal akses jalan yang kami lalui dengan tim DD Jogja
yang sudah sampai. Ternyata ada jalan bagusnya untuk sampai di lokasi. Baiklah,
dari kejadian itu kami tak lagi mengandalkan GPS.
Sekitar pukul 08.00 kami sampai di lokasi, dan berhenti di
masjid AT-Taqwa manukan, Jepitu. Begitu sampai, lumayan dibuat terperanga
dengan banyaknya kambing-kambing yang saling menyaut “Mba.. mbaa...” hehe
begitu lah celetuknya Mude. Tapi, asli dah. Itu kambing ngeembenya kaya nyebut
kata “embaa”. Hihihi
Tebar Hewan Kurban di Desa Jepitu ini mendapatkan 213 kambing
dari para donatur yang tersebar di seluruh Indonesia. Jadi, tidak hanya donatur
asal Jogja saja. Melainkan, semua donatur dari seluruh Indonesia. Dan masing-masing
donatur nanti akan mendapatkan laporannya.
Pencacahan Daging Hewan Kurban di Masjid At-Taqwa |
Sebelum acara dimulai. Masjid At-Taqwa selain diramaikan
dengan 213 kambing, juga sudah diramaikan oleh para penerima kurban dari
berbagai wilayah yang sedang melakukan registrasi. Oh ya, jadi di lokasi Desa
Jepitu ini jadi titik kumpul penyembelihan hewan kurban. Dan nantinya, sekitar
20 wilayah pedalaman Jogja yang masuk dalam program THK DD. Mereka akan
berkumpul di sini dan membawa perwakilannya untuk mengambil jatah kambinnya
masing-masing. 1 wilayah, kira-kira bisa membawa 9 kambing. Tergantung dari
jumlah kk di wilayahnya masing-masing. Hal ini sebagaimana yang saya tanyakan
pada salah satu warga perwakilan Desa Palgading yang mendapatkan 9 ekor kambing
untuk 112 kk.
Para Penerima Hewan Kurban Melakukan Registrasi di Masjid At-Taqwa |
Sekitar pukul 08.30, acara penyembelihan pun dimulai dengan
dibukan sambutan dari Pak Dukuh Desa Jepitu, sambutan dari pihak Dompet Dhuafa
dan doa bersama. Setelah selesai, barulah dimulai acara penyembelihannya.
Sebelum proses penyembelihan, ada brifing dan simulasi
pemotongan dulu Sob, kepada para jagal hewan kurban dan beberapawarga yang
membantu memegang kambing nanti. Simulasi ini dilakukan untuk menjaga standar
potong DD sendiri, serta simulasi untuk dokumentasi laporan kepada para
donatur.
Simulasi yang dilakukan seperti proses pemotongan mengucapkan
lafal takbir, menyebutkan siapa yang berkurban, serta beberapa proses
dokumentasi nama donatur sebelum dan sesudah pemotongan. Dan setelah dilakukan
proses simulasi, barulah dimulai penyembelihan hewan kurban.
Begini Kata Pak Dukuh Desa Jempitu Perihal Program THK dan Kemitraan Hewan Ternak Dompet Dhuafa
Setelah selesai ikut dalam proses penyembelihan, Pak
Samingan, selaku Dukuh dari Desa Jempitu mau menyempatkan waktunya untuk
bincang-bincang bersama saya dan Mude perihal kegiatan THK dan Program
Kemitraan hewan ternak ini desanya.
Saya pun tak mau membuang-buang waktu, mengingat setelah
selesai mengikuti acara penyembelihan beberapa kambing. Pak Dukuh ini awalnya
sudah izin pamit untuk pergi ke acara lain di desanya. Makanya, saya langsung
samper Pak Dukuh untuk minta waktunya sebentar ngobrol-ngobrol. Walau pada
akhirnya jadi lama sih. Pak Samingan ini orangnya ramah dan terbuka sekali. Jadi,
asik ngobrol-ngobrolnya dengan Saya, Mude dan Mba Nisa.
Pak Samingan, Dukuh Desa Jepitu (Baju Batik) |
Sesambil berdiri, dan menyaksikan berlangsungnya
penyembelihan kambing. Saya, Mude dan Mba Nisa melakukan tanya jawab yang juga
dilakukan live facebook untuk informasi donatur Dompet Dhuafa.
Pada sesi tanya jawabnya ini, Pak Dukuh menceritakan kalau
Desa Jepitu ini sudah yang kedua kalinya menjalin kerjasama dengan Dompet
Dhuafa. Pada tahun 2017 lalu, Desa Jepitu bergabung pada program THK sebagai
distributor hewan kurban. Dan di tahun kedua 2018 ini, desanya kebagian jatah
hewan kurban. Hal ini sangat disyukuri oleh pak Dukuh yang mewakili segenap
masyarakat setempat.
Beliau menceritakan kepada kami, betapa senangnya kalau
warganya ini bisa tergabung dalam program kemitraan hewan ternak Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Pasalnya,
setelah bergabung menjadi mitra. Banyak perubahan positif yang dirasakan oleh warganya
tersebut.
“Alhamdulillah Mas, setelah jadi mitra. Warga di sini dapet
manfaat besar. Seperti keberhasilan hewan ternak jadi lebih baik karena
mendapatkan pembimbingan dari tim Dompet Dhuafa. Para peternak warga sekitar
jadi lebih kompak. Dan para peternak mendapatkan harga ternak yang stabil. Tidak
lagi dipermainkan oleh tengkulak,” ujar Pak Samingan penuh semangat akan
kemajuan warganya.
Di desanya ini, Pak Samingan menceritakan kalau wargaya ini
ada sekitar 7 kk yang tergabung dalam program kemitraan THK. Beliau pun
menceritakan, di desa Manukan ada sekitar 142kk yang mayoritas pekerjaannya
berkebun dan berternak kambing atau sapi.
Menurutnya dan warga setempat. Menajdi peternak ini sebagai
jalan mengantarkan anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. “Warga sini semacam
punya filosofi mengenai kerja sebagai peternak hewan, Mas. Banyak yang percaya
dan meyakini, denagn berternak sebagai jalan mengantarkan anak menuju
pendidikan,” ucap Pak Samingan.
Mengenai keberhasilan ternak. Pak Samingan menceritakan kalau
setelah adanya pembinaan dan bimbingan dari Dompet Dhuafa. Masyarakat lokal
mendapatkan kesuksesan dalam berternak sekitar 50%. Biasanya hanya bisa
mendapatkan 300 hewan ternak, sekarang bisa menjadi 700 hewan ternak. Mendengarkan
penjelasan beliau, saya pun merasa bersyukur dan berterima kasih kepada Dompet
Dhuafa yang telah membantu mulai membina sampai membimbing warga desa ini untuk
meningkatkan taraf ekonomi mereka. Dan terpenting, warga lokal pastinya
mendapatkan pengetahuan lebih seputar berternak yang baik hingga bisa madiri.
Oh ya, yang saya suka di sini adalah. Warga setempat
berternak tidak ditempatkan di lokasi dekat rumah. Menurut cerita Pak Samingan
dan salah satu warga yang ikut bergabung pada tanya jawab kami. Warga setempat
membuat kandang ternaknya di sekitar perkebunan. Hal ini untuk menghindari
polusi udara dan berbagai penyakit yang disebabkan dari kandang ternak yang
dikelola.
Sebuah pemikiran dan gagasan yang keren bagi saya. Mereka mencari
nafkah, yang juga memikirkan kenyamanan warga setempat serta mementingkan
kesehatan bersama. Doa saya yang terbaik selalu untuk warga Desa Jepitu,
Manukan, Gunung Kidul. Sukses selalu untuk peternakan dan perkebunannya.
Selesai ngobrol-ngobrol santainya. Sampai ada satu
warga lokal yang ikut nimbrung. Pak Samingan pun pamit untuk melanjutkan
acaranya. Kami pun berpamitan dan saling berjabat tangan. Dan melanjutkan
melihat proses penyembelihan hewan kurban.
Lokasi Kedua Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa: Akses Jalan Sulit, dan Warga Lokal Cuma Setahun Sekali Bisa Makan Daging
Percaya gak Sob, kalau ada sebagian masyarakat kita di
Indonesia ini yang cuma bisa merasakan makan daging setahun sekali. mulai
sekarang saya percaya! Ya, setelah mendapatkan sebuha pernyataan langsung dari
salah satu Dukuh Pak Sugiran di Desa Pedalaman Jogja, Gunung Buta,
Giripanggung, Gunung Kidul.
Mencapai akses ke desa ini, rasanya butuh perjuangan. Mengingat,
akses jalan yang masih bebatuan, dengan bukit-bukit berbatu saling menjung dan
jalan setapak bakal sulit untuk dilalui. Apalagi, akses masuk ke desanya cukup
jauh. Tapi, di balik sulitnya akses jalan, di sana saya mengagumi betapa
indahnya bukit bebatuan yang terbentuk secara alami. Hingga, membuat saya dan
Mude merasa gatal untuk tidak berfoto. Mungkin, ini jadi jalan-jalan kurban
sekaligus wisata alam saya bersama tim DD.
Sesampainya di Desa Giripanggung, Jogja. Saya bertemu dengan
Pak Dukuh Setempat. Kami pun istirahat sejenak di masjid, sesambil menyaksikan
beberapa warga lokal yang sedang mencacah daging kurban yang didapat dari
program Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Beberapa juga masih ada yang sibuk
baru mulai menguliti kambing per kambing.
Oh ya, di Masjid setempat, Saya Mude, Mba Nisa dan Mas Widodo
dari DD gak cuma istirahat. Tapi juga disuguhkan makan olahan daging kurban
khas masyarakat setempat. Semacam semur, tapi bukan semur sih menurut saya.
Oh ya, kalau dalam bercadaan kami. Hidangan ini sebagai
pengisi tenaga untuk antar daging kurban ke beberapa rumah warga lokal yang
sudah lansia. Jadi, setelah makan. Saya diajak antar daging ke rumah warga
lokal.
Perlu Sobat Blogger tahu, ini lokasi gak bisa diakses pake
motor biasa. Mungkin hanya bisa dilalui dengan motor trail mengingat jalan yang
menanjak dan licin bebatuan. Dan begitu mengikuti pmebagian daging, benar saja.
Akses jalan ke lokasi seperti yang saya jelaskan, dan satu rumah ke rumah
lainnya punya jarak yang cukup jauh. Sesambil bercanda dengan Pak Dukuh, kami
berujar, “Untung udah makan ya, Pak. Jadi udah punya tenaga buat jalan begini.”
Mude Memberikan Daging Kurban Kepada Warga Lansia |
Satu persatu rumah warga lansia kami sambangi dan memberikan
daging hewan kurban. Oh ya, rumah yang kami kunjungi sengaja memang khusus
untuk yang sudah lansia saja. selebihnya, bagi warga lokal biasa akan mengambil
sendiri di titik pencacahan daging.
Selesai membagikan daging, kami kembali istirahat di masjid
semula. Oh ya, sebelumnya. Saya dan Mude menemukan spot foto yang bagus saat
keliling membagikan daging kurban ke rumah warga. Seperti yang saya bilang,
lokasi THK kedua ini punya bukit bebatuan yang bagus dan indah untuk foto-foto.
Ya seperti ini penampakannya.
Lanjut, setelah selesai membagikan hewan kurban. Saya, Mude
dan Mba Nisa pun ngobrol-ngobrol santai di masjid bersama Pak Sugiran. Tanya jawab
kami dimulai dengan ucapan terima kasih dari Pak Dukuh mewakili warga setempat
mengingat manfaat yang dirasakan dari program kemitraan THK ini. Sama seperti
warga Jepitu, peternak Giripanggung yang mengikuti kemitraan THK ini
mendapatkan manfaat ilmu yang diperoleh dari pembinaan dan bimbingan bersama
Dompet Dhuafa.
Pak Dukuh menceritakan, masyarakat di sini bahkan saling
membagikan tipsnya dalam merawat ternak-ternak mereka. “Iya, Mas. Para peternak
di sini paling suka kalau lagi evaluasi ternak. Mereka yang ternaknya tidak
terlalu bagus, saling tanya dan bebagi tips agar mendapatkan hasil yang
maksimal dari ternak mereka.”
Perjalanan Bersama Tim Dompet Dhuafa Membagikan Daging Kurban |
Lanjutnya, Pak Dukuh menceritakan fakta mengenai warga
setempat. Ia mengisahkan, sebelum ada Dompet Dhuafa. Untuk mendapatkan hewan
kurban, masyarakat harus pergi jauh ke kota menyebarkan proposal kurban di
desanya. Kadang, mereka bisa dapat hewan kurban, tapi begitu sampai desa. Kualitas
daging sudah tidak bagus karena sudah terlalu lama di perjalanan yang sampai
desa malam hari.
Semangat Idul Adha yang tak pernah pudar dari warga setempat
diwujudkan dengan adanya patungan hewan kurban selama satu tahun. Ya, sebagai
antisipasi tidak dapat hewan kurban. Warga Desa Giripanggung sudah
mengantisipasi dengan patungan bersama selama satu tahun penuh yang hasilnya
mungkin hanya mendapatkan 1 ekor kambing saja. “Kalau gak dapet kurban, sebelum
ada DD. Kami patungan selama satu tahun, Mas. Paling, dari hasil patungan itu Cuma
cukup dapet 1 hewan kambing saja. Tapi, ya itu sudah alhamdulillah buatu kami.”
Salah Satu Warga Giripanggung yang Sedang Mencacah Daging Kurban |
Setelah selesai ngobrol santai dan foto dengan Pak Sugiran.
Saya pun berlari kecil menyambangi beliau. Ada pertanyaan 1 pertanyaan yang
ingin saya tanyakan dan konfirmasi.
“Pak... Begini. Saya mau tanya, apa benar warga setempat
hanya bisa mengkonsumsi daging setahun sekali?” tanya Saya.
“Iya, benar Mas. Di sini warga setempat hanya bisa makan
daging setahun sekali. Makanya, kami sangat bersyukur dengan adanya program
Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa ini. Karena, kalau bukan di hari raya Idul Adha,
ya kapan lagi masyarakat bisa makan daging?” ujar Pak Sugiran kepada saya.
Dan menutup pertanyaan. Saya pun menanyakan mengenai stok
makanan warga setempat mengingat jarak yang begitu jauh dari lokasi pasar.
“Oh ya, Pak. Perkebnunan di sini kan ada musim kering ya.
jadi, warga tidak bisa berkebun. Lokasi pasar pun jauh dari sini. Lalu,
bagaimana dengan kebutuhan lauk pauk warga di sini?”
“Kalau itu, kami di sini biasanya membeli kebutuhan makan
jangka panjang seperti 5 hari mas. Biar gak bolak balik. Atau kadang, ada warga
yang jualan sayur di sini. jadi, kami bisa beli di sana juga. Jadi, gak perlu
jauh-jauh keluar mencari pasar.”
Begitu selesai berbincang dan berkeliling Desa Giripanggung.
Saya, Mude, Mba Nisa dan Mas Widodo pun pamit pulang. Oh ya, yang pulang sih
Mas Widodo saja yang akan kemmbali ke Jakarta. Saya, Mude dan Mba Nisa akan
melanjutkan perjalanan ke tempat pemberdayaan Aloe Vera Dompet Dhuafa. Cerita ini
nanti saya ulas di blogpost selanjutnya ya Sobat Blogger. Ini juga gak kalah
menarik kok.
Jadi, ya itu dia perjalanan, pengalaman dan keseruan saya
mengikuti kegiatan Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa. Salut sama tim DD yang
berhasil menjangkau daerah pedalaman ini. Pastinya, para donatur yang sudah mempercayakan kurbannya dengan DD
sudah sangat tepat dalam memilih. Kurban bisa sampai di tangan yang tepat dan
pada wilayah yang sulit dijangkau.
Terima kasih untuk DD, dan terima kasih untuk Sobat Blogger
yang sudah membaca perjalanan saya. Jangan kapok untuk berkunjung ya Sob.
27 komentar untuk "Serunya Ikut Tebar Hewan Kurban Dompet Dhuafa 2018 di Pedalaman Yogyakarta"
Kubaru tau Dompet Duafa punya pelayanan seperti ini. Pernah lihat infonya tempo hari dari selebgram di IG Story nya..ya tapi udah lewat lebaran juga. Baiklah tahun depan kusarankan sama paksu untuk kurban seperti ini aja. Bisa patungan sapi juga kan sama orang nun jauh di sana