Menjawab Tantangan Presiden RI Joko Widodo: Pertamina Berkomitmen Mampu Merealisasikan Program “BBM Satu Harga”
Sebelumnya, sekitar bulan Oktober 2016 lalu, presiden Jowo
Widodo mencanangkan dan meresmikan penggunaan pesawat Air Tractor pengangkut
BBM dalam mendukung program BBM Satu Harga, khususnya di wilayah Papua.
Penggunaan pesawat Air Tractor fasilitas Pelita Air Service
ini merupakan respon cepat dari PT Pertamina dalam menjawab program BBM Satu
Harga di Papua. Pesawat ini menjadi cara praktis dalam mengirim BBM melalui
jalur udara. Selain itu, PT Pertamina juga mendirikan lembaga penyalur
Pertamina di 8 Kabupaten Pegunungan dan Pedalaman (Puncak, Nduga, Mamberamo
Raya, Mamberamo Tengah, Yalimo, Tolikara, Intan Jaya dan Pegunungan Arfak).
Mengutip dari situs BBC, Presiden Joko Widodo mengatakan
bahwa Pertamina akan rugi sekitar Rp 800 miliyar pertahun apabila di Papua
ditetapkan harga yang sama dengan wilayah Indonesia lain. Namun, bagi Presiden
RI Joko Widodo, ini bukan soal untung rugi, melainkan “keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
“Ini bukan masalah untung dan rugi. Ini masalah keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jumlah Rp 800 miliar itu terserah
dicarikan subsidi silang dari mana, itu urusan Pertamina. Tapi, yang saya mau
ada keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga harganya sekarang di
seluruh kabupaten yaitu Rp 6.450 per liter untuk premium,” ungkap Presiden Joko
Widodo pada wawancara dengan tim BBC.
Lanjutnya, Presiden RI juga yakin jika Pertamina mampu
mengemban tugas ini melalui efisiensi tanpa mengurangi keuntungan.
Sehingga, pada 1 Januari 2017 program BBM Satu Harga resmi
diberlakukan di mana Pertamina ditunjuk pemerintah sebagai badan usaha penyalur
BBM dalam penugasan BBM Satu Harga tertuang dalam Peraturan ESDM No. 36 tahun
2016 tentang Percepatan Pemberlakuan Satu Harga Jenis Bahan Bakar Minyak
Tertentu dan Jenis Bahan Bakar Minyak Khusus (Premium, Solar dan Minyak Tanah)
Penugasan Secara nasional.
Secara on progresnya, Pertamina telah mewujudkan program BBM
Satu Harga di Papua pada Rabu (9/Mei/2017) di Obano, Distrik Paniai Barat,
Kabupaten Paniai, Papua. Peresmian BBM
Satu Harga di Obano ini menjadi tindak lanjut dari program BBM Satu Harga pada
yang sudah dimulai di 8 Kabupaten tersebut.
Lanjut menurut VP Corpporat Communication Pertamina Adiatma
Sardjito menyatakan bahwa, “Hingga akhir Juni lalu realisasi pengoperasian
lembaga penyalur BBM satu Harga di seluruh Indonesia telah mencapai 21 titik di
daerah-daerah 3T (Terdepan, Terluar dan tertinggal). 21 titik tersebut terdiri
dari 8 titik yang merupakan bagian program Papua satu Harga, 1 titik di Krayan,
Kalimantan Utara serta 12 titik dari 54 titik yang menjadi target pelaksanaan
program Indonesia Satu Harga tahun Ini.”
Begini Tantangan Besar Pertamina dalam Menjawab BBM Satu
Harga di Wilayah Long Apari, Kalimantan Timur.
Foto: Arya |
Setelah berkoordinasi dengan pihak Pertamina Mor VI,
ternyata waktu tempuh untuk mengikuti seluruh kegiatan distribusi hampir bisa
memakan waktu satu minggu. Sehingga, waktu 3 hari yang diberikan sangatlah
tidak cukup. Namun, saya pun tetap berkeliling mengikuti proses pengiriman
distribusi BBM Satu Harga di titik TBBM samarinda dan kapal SPOB (Self
Proppelled Oil Barge).
Walau tidak jadi kunjungan, saya tetap bisa mendapatkan alur
cerita yang seru mengenai seberapa besar tantangan PT Pertamina melakukan
distribusi BBM dari kota Samarinda hingga wilayah 3T Long Apari, Kaimantan
Timur.
Perjalanan distribusi BBM dari kota Samarinda dilakukan
dengan 2 skema. Perjalanan air melalui sungai dalam keadaan normal, dan dalam
keadaan musim kemarau. Keadaan normal,
ditribusi dari TBBM samarinda dimulai dengan Kapal SPOB yang berlabuh di area
backloading TBBM Samarinda. SPOB ini kira-kira membawa kurang lebih 150 kl
Premium dan Solar 50kl menuju Long bagun. Adapun waktu tempuh menuju Long Bagun
kurang lebih 3-4 hari.
Berlanjut dari Long Bagun, BBM dipindahkan dari SPOB ke
drum-drum dan diangkut menggunakan perahu kecil longboat. Perjalanan dari Long
Bagun ke Long Apari memakan waktu sekitar 1 hari, di mana harus melewati
melewati 3 buah jeram di mana salah satunya adalah jeram (jeram panjang). Pada
pertemuan jeram ini, perahu kecil longboat hanya bisa mengangkut 5 drum saja.
Padahal 1 longboat awalnya bisa memuat 1-35 drum. Namun,
saat akan melewati jeram harus mengangkut 5 drum. Sehingga, loangboat terpaksan
harus bolak balik sampai drum-drum habis
habis.
Skema selanjutnya jika sungai berada pada musim Kemarau.
Mulai dari TBBM Samarinda, BBM diangkut menggunakan SPOB menuju pelabuhan
Tering yang akan memakan waktu sekitar 2 hari sampai ke Long Bagun.
Dari Tering, BBM dipindahkan ke kapal Kelotok, SPOB
tradisional yg lebih kecil dan memakan waktu 1 hari. Berlanjut Dari Long Bagun ke Long
Apari, menggunakan Longboat dengan drum, tapi di jeram panjang, drum akan
dipindahkan ke kapal Ketinting (kapal kayu kecil yang hanya muat 3 drum).
Nah, tantangan di sini selain geografis, adalah biaya
tambahan dari ongkos angkut di mana 1 drum harus mengeluarkan kocek sebesar Rp
500.000. Sehingga dengan ongkos angkut transportasi kecil di tanggung Pertamina
ini bisa menyamakan harga bbm di Long Apari sama dengan di kota besar. Skema
perjalanan ketika kemarau dari Long Bagun ke Long Apari diperkirakan memakan
waktu 3 hari.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa dishare dan
difollow:
IG/Twitter: @nursaidr_
IG/Twitter: @nursaidr_
IG/Twitter/fb: @Pertamina
Sumber:
www.pertamina.com
http://www.migas.esdm.go.id
http://tabloidjubi.com
http://www.bbc.com
________________________________________
Yuk tonton persembahan Video BBM Satu Harga:
4 komentar untuk "Menjawab Tantangan Presiden RI Joko Widodo: Pertamina Berkomitmen Mampu Merealisasikan Program “BBM Satu Harga”"
@Terry Endropoetro Sudah ada ka kampanye #BBMSatuHarga
#must-x ceritalah pak...