Fudhail bin Iyadh, Perampok yang Menjadi Ahli Hadits
Dikisahkan
seorang mantan perampok yang lahir di kota Khurasan, Fudhail bin Iyadh bin
Mas’ud bin Basyar at-Tamimi. Ddahulu, Fudhail bin Iyadh sangat dikenal sebagai
seorang perampok yang siap menghadang siapa saja yang melewati daerah Abu Warda
dan Sirjis.
Fudhail
bin Iyadh pada saat itu sedang jatuh cinta dengan seorang gadis. Hingga
hidayahnya pun datang melalui perantara gadis tersebut. Pada saat itu, Fudhail
ingin memuaskan hasratnya terhadap gadis tersebut sehingga memaksanya harus
memanjat temboknya rumahnya. Pada saat itu, Fudhail mendengar seseorang sedang
membacakan ayat suci Al-Qur’an.
“Belumkah
datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka guna
mengingat Allah serta tunduk kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka)
dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah turun al kitab
kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka
menjadi keras, dan mayoritas mereka adalah orang-orang fasiq.” (QS. Al-Hadid:
16).
Setelah
mendengar firman Allah Swt dibacakan tersebut, Fudhail mereasa itu adalah
hidayah untuknya, dan ia menjawab, “Tentu wahai Tuhanku, telah tiba saatnya
untukku segera bertaubat.” Fudhail pun segera pulang, namun karena sudah telalu
malam, ia memutuskan untuk bermalam pada sebuah reruntuhan bangunan rumah.
Setelah
memasukinya ternyata di dalam sudah ada orang yang juga sedang bermalam. Dan
Fudhail pun mendengar percakapan di antara orang-orang tersebut. Fudhail
mendengar orang-orang tersebut sedang membicarakannya. Mereka takut melanjutkan
perjalanan karena tahu daerah yang mereka lewati menjadi tempat perampok
terkenal yang siap menghabisi harta siapa saja yang lewat di kala malam.
Mendengar
percakapan tersebut, Fudhail kembali merasa jiwanya terpanggil dan merasa
hidayah Allah datang kepadanya. “Ya Allah, namaku disebut-sebut di malam hari
dalam keadaan maksiat sedangkan mereka takut kepadaku. Tidakkah Engkau
menunjukkan kepada mereka, melainkan agar aku sadar. Ya Allah, kini aku
bertaubat kepada-Mu.”
Maka,
benarlah Fudhail bertaubat dengan sebenar-benarnya, dan memutuskan pergi ke
Kufah untuk menuntut ilmu. Kepergiannya menuntut ilmu menjadikan Fudhail
sebagai seorang ahli hadits. Ia telah berpaling dari kemewahan duniawi. Bahkan,
untuk menghindari dari harta yang tidak jelas kehalalannya, Fudhail dengan
tegas selalu menolak hadiah dari para penguasa dan raja-raja.
Setelah
menjadi seorang yang ahli hadits, Fudhail dikenal sebagai pribadi yang cerdas,
kuat hapalannya dan juga wara’. Menurut Ibnu Sa’ad, Fudhail dikenal sebagai
seorang yang tsiqah, pemilik keutamaan, wara’, ahli ibadah dan banyak menyimpan
hadits. Dan menurut Imam Nawawi memberikan pandangannya terhadap Fudhail
sebagai ahli hadits yang shahih. Suatu ketika, dia melihat sekelompok ahli
hadits tengah bercanda sambil tertawa. Maka Fudhail pun langsung menegur
mereka, “Hati-hatilah wahai pewaris Nabi.” Lalu Fudhail pun berkata, “Kalian
adalah imam yang diikuti.”
Melihat
apa yang terjadi pada Fudhail adalah bukti bahwa hidayah Allah Swt datang
kepada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Sebagai manusia, cobalah buka
hati seluas-luasnya, jangan sampai kita mnejadi gelap mata hati yang sehingga
kita tidak peka terhadap hidayah Allah yang sebenarnya sudah datang kepada
kita.
Sebagai
manusia, kita tidak perlu merasa menjadi manusia yang paling berdosa atas
prilaku buruk yang sudah kita lakukan di dunia ini. Kita harus percaya bahwa
Allah Swt menjadi Sang Pencipta yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sehingga Allah Swt akan selalu memaafkan dosa-dosa kita selama kita sebagai
hambanya mau bertobat dan memohon ampun kepada-Nya.
Jika
sudah memutuskan untuk menjadi manusia yang lebih baik, bertaubat. Bertaubatlah
dengan sebenar-benarnya. Sehingga taubat kita menjadi taubatan nasuha, serta
kita bisa menjadi seorang muslim yang taat seutuhnya, sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Fudhail bin Iyadh.
Terakhir,
kisah Fudhail ini menjadi contoh, bahwa kita sebagai manusia yang alhamdulillah
masih berada pada di jalur benar sudah seharusnya untuk terus menjadi lebih
baik. Jika Fudhail saja mau merubah diri ke jalan yang benar, maka kita harus
bisa sama bahkan mungkin lebih dari apa yang dilakukan oleh Fudhail. Menjadi
manusia yang taat beribadah, menjalankan amar maruf nahi munkar dan bermanfaat
untuk orang banyak.
Semoga
kisah Fudhail bin Iyadh ini bisa menambah sosok muslim yang sebenar-benarnya
patut untuk ditiru dan diikuti jejaknya. Sehingga, kita bisa mengambil
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Sebagaimana apa yang sudah diajarkan
oleh Rasulullah Saw kepada kita umatnya. Sebagai suri tauladan, seluruh umat
muslim saat ini. *(NSR/BerbagaiSumber)
4 komentar untuk "Fudhail bin Iyadh, Perampok yang Menjadi Ahli Hadits"
Makasii kaa atas ceritanya:)
Kisahnya jadi reminder banget buat saya... :)
http://andigarmadi.blogspot.co.id/