Cerpen Anak: Adam Ingin Menggapai Cita-Cita
Sepulang
sekolah, Adam terlihat tidak semangat dan sedikit ketakutan. Sesampainya di
rumah, ia langsung bergegas menuju kamarnya. Mengucapkan salam pun dengan suara
yang kecil, tidak seperti biasanya, penuh semangat. Ya, di sekolah,
pagi tadi, Adam mendapatkan peringatan dari wali kelasnya bahwa nilai-nilai
pelajarannya semakin hari semakin menurun. Padahal, sebelumnya, saat di kelas
1, Adam termasuk anak yang pintar dan rajin belajar.
Namun, setelah ia naik
kelas 3, mendapatkan teman baru dan semakin banyak murid karena murid kelas 1A
dan B digabung, ia semakin asik bermain dengan kawan-kawannya. Hingga lupa
belajar.
Dan yang membuat
Adam sedih, temannya di kelas, yang tahu Adam dulu anak pintar dan sekarang
menjadi malas, meledeknya dan menakutinya bahwa dia tidak akan naik kelas. “Emang
enak diomelin. Awas gak naik kelas.,” ucap Ramdhan menakuti Adam.
Saat makan siang
di rumah, Ibu Adam mengantarkan makanannya. Namun, terlihat Adam tidak semangat
makan. Walau Adam tetap makan, ibunya merasa khawatir dengan sikap Adam yang
tidak semangat. Ibunya takut Adam punya masalah dengan temannya di sekolah.
Sambil menunggu
Adam makan, ibunya pun bertanya-tanya seputar kegiatan sekolahnya.
“kamu di sekolah
bagaimana? Senang-senang saja kan sama teman-temanmu.”
“Hmm… Ya, Bu,
baik kok.”
“Kamu tidak
sedang berantem kan dengan teman-temanmu?” Tanya kembali Ibu Adam.
“Gak, Bu.”
Karena mendapati
jawaban Adam yang sepertinya biasa-biasa saja. Ibu Adam pun tidak bertanya
kembali. Dan menyuruh Adam untuk lekas tidur siang, setelah itu baru boleh ia
pergi main dan ngaji. Namun, Ibu Adam tahu bahwa ada yang tidak beres. Ibunya
pun punya usul untuk kakaknya yang mencoba mencari tahu.
Setelah Adam
tidur siang, kakaknya pulang dari kuliahnya dan mengobrol dengan Ibu Adam atas
apa yang dilihat tentang Adam. Dan kakaknya pun berinisiatif untuk menunggu
Adam bangun tidur dan mengajaknya bermain sambil berbincang-bincang saja.
Setelah Adam
terbangun, ia melihat kakanya sudah ada di meja belajarnya. Dan bertanyasedang
apa di sana. Kakak Adam pun memberitahukannya bahwa ia menunggunya untuk
mengajak bermain video game. Adam pun senang, dan mereka bermain video game
mobil balap kesukaan Adam.
Di tengah-tengah
permainan, Kakak Adam mulai bertanya-tanya seputar sekolahnya. Lambat laun,
Adam pun jadi teringat kejadian tadi pagi di sekolah. Akhirnya dia menceritakan
kejadiannya kepada Kakaknya bahwa ia habis ditegur wali kelasnya karena
nilainya terus menurun. Dan Adam pun melakukan pembelaan bahwa ia tidak
bersalah dan ia hanya bermain sebagaimana anak kecil.
“Adam kan gak
salah. Kalau Adam main sama teman-teman gak salah kan Kak?” Tanya Adam sambil
bermain video game.
“Finish … menang
Kakak.” Teriak Kakak Adam, dan melanjutkan pertanyaan Adam dengan mengajaknya
berhenti dulu bermain.
“Jadi gini, kamu
benar, kamu gak salah. Kamu emang masih anak-anak, wajar kalau bermain. Tapi,
ada baiknya kamu tetap mengatur waktumu, agar tidak terus bermain. Apalagi
kalau sampai tidak belajar. Wajar saja kalau nilai kamu turun.” Jawab Kakak
Adam langsung disambar oleh Adam.
“Emang dulu
Kakak waktu SD gimana?” Tanya Adam maksudnya apakah dia bisa bermain dan tetap
nilainya bagus.
“Kakak dulu SD
juga main, tapi juga belajar. Dulu, Kakak sama ayah dibuatkan jadwal harian. Setiap
hari Adam harus ngapain dari pagi sampai malam. Jadi sudah diatur sama ayah
jadwal belajar, main, les sampai tidur.”
“Sampai Kakak
SMP, SMA dan kuliah pun akhirnya masih sama. Kakak bikin sendiri jadwal
aktivitas Kakak. Kakak tulis, kegiatan pagi sampai malam. Terus tambahannya,
Kakak buat lagi target Kakak apa. Misal, si SMP kakak pengen kuasai mata
pelajaran IPA, B. Inggris Matematik. Kakak pengen saat SMA nanti masuk kelas
IPA. Kuliah ambil kuliah jurusan kedokteran. Ya, semua udah Kakak atur dan buat
target. Alhamduillah, sekarang bisa kuliah jurusan kedokteran. Dan Kakak masih
bisa bermain kan sama Adek?”
“Hmmm iya juga
ya Kak. Ya udah, kalau begitu, nanti Kakak bantu Adek ya buat jadwal hariannya.
Tapi sekarang lanjutin main video gamenya.” Jawab Adam penuh semangat dan
merasa mendapatkan dukungan dan solusi dari Kakaknya. Mereka pun akhirnya melanjutkan bermain video
game. *(NSR)
Posting Komentar untuk "Cerpen Anak: Adam Ingin Menggapai Cita-Cita"