Perjuangan Serta Ujian Nabi Yakub Berpisah dari Keluarga dan Anaknya
Dikisahkan, Nabi Yakub as
seorang anak dari pasangan Nabi Ishaq dengan Rifqah. Nabi Yakub memiliki
saudara kembar bernama al-Aish. Namun, hubungan keduanya tidak begitu baik
dikarenakan Nabi Yakub lebih disayangi dibandingkan Aish. Hal ini membuat Aish
sangat iri kepada Nabi Yakub. Seringkali Aish bersikap dingin yang tak jarang
mengeluarkan kata-kata sindiran karena merasa tidak senang dengan Nabi Yakub.
Sikap cemberu Aish diperparah
dengan didoakannya Nabi Yakub oleh ayahnya Nabi Ishaq, “Mudah-mudahan engkau
menurunkan nabi-nabi dan raja-raja.” Semakin menjadilah rasa iri Aish terhadap
Nabi Yakub.
Melihat hal tersebut, Nabi
Yakub merasa tidak nyaman dengan sikap dingin dan sindiran saudaranya tersebut.
Akhirnya, setelah berkonsultasi dengan ayahnya, Nabi Yakub diminta tinggal
bersama pamannya Laban di kota Fadan A’raam berada di Irak. Dan Nabi Yakub pun
dengan ikhlas menerima saran ayahnya tersebut, dan tinggal bersama pamannya.
Sejak saat itulah Nabi Yakub sudah berpisah dengan ayah dan ibunya. Hidup
bersama pamannya.
Setelah tumbuh menjadi
dewasa, saat Nabi Yakub sudah pantas untuk menikah, Laban mempersilahkan Nabi
Yakub menikahi putrinya, Laiya putrid pertamanya. Namun ternyata, Nabi Yakub
menyukai putrid keduanya, Rahil. Akhirnya, dibuatlah kesepakatan bahwa Nabi
Yakub diperbolehkan menikah dengan Rahil setelah menikahi putrid pertamanya
terlebih dahulu Laiya. Akhirnya, Nabi Yakub menikah dengan Laiya, dan setelah
tujuh tahun menunggu dengan syarat pula untuk mau menggembalakan hewan ternak
milik Laban, menikah jugalah dengan Rahil.
Pernikahan tersebut
diperbolehkan, mengingat pada masa tersebut belum ada larangan hingga
diturunkannya firman Allah surat Annisa ayat 23, “Diharamkan atas kamu
(mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan; saudara-saudaramu yang
perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang
perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak istrimu
yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa
kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) istri-istri anak kandungmu
(menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.”
Maka menikahlah Nabi Yakub
dengan kedua putri Laban, Laiya dan Rahil. Setelah menikah dengan keduanya,
beberapa tahun kemudian, kedua istrinya mempersilahkan Nabi Yakub menikah
dengan pembantu perempuan Laiya dan Rahil, yakni Zulfa dan Bahlah.
Setelah menikah, Nabi Yakub
dikaruniai 12 orang anak dari istri-istrinya tersebut. Satu di antara anak-anak
tersebut yang mnejadi Istimewa adalah Nabi Yusuf. Menjadi anak kesayangan,
menajadikan Nabi Yusuf dibenci kembali oleh saudara-saudaranya, sama seperti
Nabi Yakub dengan saudaranya. Saking iri dan bencinya, sampai-sampai Nabi Yusuf
hendak ingin disingkirkan dan rencana tersebut pun berhasil. Nabi Yusuf dijebak
dan dibuang ke dalam sumur.
Kehilangan anak kesayangannya
membuat Nabi Yakub merasa terpukul dan membuatnya sedih berkepanjangan. Nabi
Yakub tahu, bahwa anaknya Nabi Yusuf adalah buah hati yang spesial. Hal ini
dikarenakan cerita Nabi Yusuf yang bercerita kepada ayahnya mengenai mimpinya
tersebut.
“Wahai bapakku, aku bermimpi
melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadaku.”
“Wahai anakku, janganlah kamu
ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu yang lain. Sesungguhnya mereka
itu berada dalam kesesatan yang nyata,” jawab Nabi Yakub. Oleh karena itu, kehilangan
anaknya Nabi Yusuf membuat Nabi Yakub sangat terpukul, hingga ia terus bersedih
dan kehilangan penglihatannya.
Setelah beberapa tahun
kemudia, terdengar kabar bahwa Nabi Yusuf masih hidup dan telah menjadi
penjabat tinggi di kerajaan Mesir. Sebelumnya Nabi Yusuf bertemu dengan
saudaranya yang masih hidup dan menitipkan jubahnya untuk diusapkan pada wajah
ayahnya, Nabi Yakub. Dan atas izin Allah SWT, Nabi Yakub diberikan kembali
penglihatannya.
Dan atas kesabarannya atas
setiap ujian yang telah dilewatinya, Nabi Yakub beserta anaknya dapat kembali
berkumpul dan bertemu dengan Nabi Yusuf. Dan disebutkan, inilah wujud dari
mimpi Nabi Yusuf melihat sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud
kepadanya. Wallahu a’lamu bishhoaf. *(NSR/BerbagaiSumber).
Posting Komentar untuk "Perjuangan Serta Ujian Nabi Yakub Berpisah dari Keluarga dan Anaknya"