Say Yes for Entrepreneur: Jadilah Mahasiswa Cerdas dengan Berwirausaha
Sebagai
generasi muda, menuntut ilmu memang sudah menjadi sebuah kewajiban. Secara
gamblang Islam menegaskan bahwa menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi kaum
muslimin dan muslimah. Oleh karena itu, menjadi seorang mahasiswa adalah hal
biasa yang harus dijalani.
Namun
berbeda dengan mahasiswa yang juga memiliki pangkat sebagai seorang wirausawan
muda. Berwirausaha tidak memandang status ijasah sekolah, karir, gender, dan
lainnya. Menjadi wirausaha dapat dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja.
Wirausaha
atau biasa disebut juga entrepreneur merupakan kegiatan di bidang perdagangan
yang membutuhkan tenaga, pikiran guna mencapai kesuksesan yang dituju.
Biasanya, orang melihat kegiatan wirausaha pada beberapa hal seperti menjadi
bos, memiliki pnedapatan sendiri, medapatkan jaringan luas, pengalaman,
menciptakan lapangan pekerjaan dan lainnya.
Sedikit
menelisik kesuksesan Rasulullah Saw yang menjadi contoh wirausahawan muda bagi
umat muslim. Hingga usia 12 tahun, Rasulullah Saw melakoni kegiatan menggembala.
Rasulullah Saw sering ikut pamannya Abu Thalib ke Syam untuk berdagang. Pada
saat itu juga Rasulullah Saw belajar berwirausaha. Hingga pada usia 17 tahun,
Rasulullah Saw sudah mampu meminpin khalifah dagang hingga ke luar negri. Dan
pada usia 25 tahun Rasulullah Saw menjadi wirausahawan sukses.
Kesuksesan
Rasulullah Saw pada saat itu dapat dilihat dari besarnya nilai kekayaan pada
saat melamar Khadijah binti Khuwalaid. Disebutkan bahwa Rasulullah Saw
memberikan mahar 20 ekor unta, dan dalam riwayat lainnya dijelaskan Rasulullah
Saw menambahkan 12 uqiyah (ons) emas.
Kesuksesan
Rasulullah Saw di bidang wirausaha pastinya sangat berguna sebagai penunjang
kesuksesan dakwah Islam. Hal inilah yang dapat dijadikan dasar bagi setiap
muslim dalam mencapai kesuksesan finansial di dunia.
Jika
sudah melihat bahwa Rasulullah Saw dapat sukses dalam berwirausaha, maka tidak
ada alasan lagi bahwa kita juga harus berwirausaha. Status mahasiswa bukanlah
halangan untuk kita berwirausaha. Justru dengan status dan kondisi saat ini,
seorang mahasiswa yang sudah memulai berwirausaha memiliki keuntungan. Pertama,
berpeluang besar setelah lulus mahasiswa yang berwirausaha tidak mengalami
ketakutan menjadi pengangguran lantaran sudah mempunyai usaha sendiri. Kedua,
Universitas menjadi terbaik untuk mengakses sumber daya dalam artian banyak
sekali calon pembeli yang bisa digali mengenai kecocokan produk kita. Ketiga,
Mendapatkan tambahan atau sudah mempunyai uang saku sendiri banyak menjadi
tujuan mahasiswa memulai berwirausaha. Sehingga, kegiatan ini dirasa sangat
bermanfaat guna membangun finansial di usia muda. Keempat adalah pengalaman
berharga. Oleh karena itu, melihat banyaknya keuntungan berwirausaha saat
kuliah, tidak selayaknya kita berkata tidak untuk berwirausaha. Katakan iya
untuk berwirausaha.
Manusia
Pilihan adalah Mereka Wirausahawan Muda
Berwirausaha
sambilan kuliah memang bukan hal mudah. Pasalnya, manajeman waktu menjadi
tantangan besar dalam berwirausaha di kalangan mahasiswa. Bagi mereka yang
berhasil mengatur manajeman waktunya, besar kemungkinan mendapatkan kesuksesan
di bidang akademis dan wirausaha. Namun, jika tidak bisa mengontrol waktu,
banyak di antara mahasiswa yang harus memilih salah satu mana yang menjadi
prioritas.
Namun,
kendati demikian bukan menjadi perkara besar untuk ditakuti oleh setiap
mahasiswa untuk berani berwirausaha. Seperti Nindya (21) mahasiswi Uneversitsa
Negri Jakarta (UNJ) ini berani berwirausaha di bidang fashion busana muslimah
yang sudah meiliki brand Nindy’s Hijab dan ia juga membuka jasa fotografi yang
juga sudah memiliki brand Lenscave Studio.
Nindyda
menjelaskan makna wirausaha baginya adalah menjadi jalan keluar untuk
hidup lebih baik, bermanfaat lebih kepada banyak orang, serta mandiri secara
finansial. Wirausaha juga bisa menghasilkan uang semau kita. “Saya lebih
memilih berwirausaha ketimbang ngajar les atau kerja semacamnya, yaitu karena
kebebasan waktu orang yang berwirausaha,” ungkap Nindya.
Namun
bagi Nindya niat saja tidak cukup untuk mewujudkan keinginannya mempunyai
kebebasan waktu sebagai wirausahawan. Masih banyak hal yang harus
dipelajarinya, terutama tentang bisnis. Ya, Nindya menjelaskan bahwa sebelum
memulai bisnis, dia sama sekali tidak tahu tentang dunia bisnis, apalagi
tentang usahanya yang digeluti. Belajar, belajar dan terus belajar adalah
tindakannya satu-satunya yang ia lakukan.
Tekad
kuat dalam mempelajari dunia bisnis tersebut mempunyai arti penting baginya. Berjuang,
berjuang menjadi wanita mandiri menjadi tujuan utamanya. Berusaha membuktikan
bahwa ia adalah perempuan yang kuat, mampu hidup sendiri hingga menjadi mandiri
dengan berwirausaha. “Qodirun ‘ala kasbi! Mampu berdikari/madiri.” Berkat semua itu,
Nindya pun berhasil memiliki kendaraan roda dua hasil jerih payahnya sendiri.
Sebagai
mahasiswi, Nindya pun sadar betul akan melekatnya sebuah pertanyaan di kalangan
mahasiswa mengapa mahasiswa harus berwirausaha? Pertanyaan tersebut disadari
betul oleh Nindya bahwa hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan yang harus
diperoleh jawabannya oleh setiap mahasiswa. Maka, Nindya pun mnedapatkan
jawaban itu dari keberaniannya memasuki dunia wirausaha itu. “Banyak
pertanyaan ‘kenapa berwirausahanya harus sambil kuliah?”. Justru di lingkungan
kampus lah saya mendapatkan banyak relasi bisnis seperti reseller/distributor
untuk produk saya. Saya juga mendapat banyak customer dari aktivitas
perkuliahan ini.”
Pengalaman
berwirausaha lainnya adalah Faisal (20) mahasiswa Universitas Budi Luhur ini
mengenal dunia wirausaha ini dari orangtuanya. Ia melihat betapa menikmatinya
kedua orangtuanya menjalani bisnis wirausaha. Tidak terikat waktu, fleksibel
dan yang terpenting baginya orangtuanya sudah mnegikuti jejak Rasulullah Saw
dengan berwirausaha. Oleh karena itu, dari sinilah keinginannya tumbuh untuk
berwirausaha.
Waktu
itu, di usianya yang ke 18 Faisal akhirnya memilih usaha di bidang waralaba
kantor pos Indonesia. Sebuah usaha di bidang jasa pengiriman barang serta jasa
pembayaran keuangan. Pilihannya tidak sembarang memilih. Ada alasan kuat kenapa
Faisal menggeluti usaha ini. “Saya lebih memilih usaha ini pertama
karna kantor pos itu perusahaan BUMN jadi dukungannya pasti penuh dari pemerintah
dan pasti cintai produk indonesia. Kedua saya memilih bidang jasa pos karna
pangsa pasar jasa pengiriman itu tidak akan sepi. Sejak dahulu sampai sekarang
tetap jaya bahkan kedepannya sudah diprediksi oleh Jack Ma sistem penjualan itu
sudah tidak face to face tapi online dengan begitu semakin banyak
pengiriman dengan sistem jual beli online,” ungkap Faisal penuh keyakinan.
Berkat tekad, niat dan kegigihannya
mempelajari dunia usaha, Faisal sudah mempunyai target-target yang dirasa cukup
mengagumkan bagi mahasiswa seusianya. “Pencapaian yang didapat alhamdulillah
bisa biaya kuliah sendiri dan sudah bisa beli rumah di usia 20 tahun di daerah
Cikarang-Bekasi,” ungkap Faisal penuh semangat.
Keberhasilan yang ia capai pasti
tidaklah mudah. Awal mula ia ingin berwirausaha pun tidak diizinkan oleh
orangtuanya mengingat usianya yang masih di usia 18. Baik orangtua dan kakaknya
tidak mengizinkannya menggeluti dunia wirausaha. Menurut orangtua dan kakanya,
di usia yang masih muda itu, Faisal dirasa cukup mengemban ilmu di bangku
kuliah saja. Sehingga, untuk usia yang masih dikategorikan remaja,
dikhawatirkan penyakit labil, tidak konsentrasi menjadikannya berwirausaha
hanya sebagai ajang coba-coba saja.
Kendati
demikian, Faisal tidak tinggal diam. Ia mulai belajar dari membaca buku-buku
tentang wirausaha. Hingga akhirnya ia memulai berwirausaha sendiri. Bermula
menjadi master bagi penjual pulsa hingga sampai bisnis waralaba di bidang jasa
pengiriman barang Pos Indonesa, Faisal berhasil membuktikan kepada orangtua dan
kakaknya bahwa ia mampu berwirausaha walau usianya masih sangatlah muda.
Berbeda
dari Nindya dan Faisal, Hadid (21) mahasiswa Universitas Negri Jakarta ini menceritakan bahwa perkenalan dirinya dengan
dunia wirausaha adalah karena keterpaksaan. Ya, keterpaksaan atas tuntutan
sebagai mahasiswa yang akan menjalankan tugas Kuliah Kerja Lapangan (KKL), di
mana ia dituntut mengunpulkan dana banyak guna memenuhi kegiatan KKL nya.
Pada
saat itu Faisal berjualan Nasi Bakar milik saudaranya. Hingga akhirnya, ia
keasikan dengan dunia wirausaha, Faisal pun melanjutkan kegiatan berwirausaha
ini hingga sekarang. Namun, bukan berarti usaha Nasi Bakar adalah kegiatan
wirausaha pertamanya. Sebelumnya, Hadid pun pernah berwirausaha makana ringan.
Lantaran pembeli mulai bosan, ia akhirnya pun berhenti dan belum mendapatkan
penggantinya. Sampai bertemu pada Nasi Bakar, dan kebetulan pembelinya tidak
kenal bosan, semakin asiklah Hadid berwirausaha sehingga menumbuhkan jiwa
berwirausahansya kembali.
Hadid
menceritakan tujuannya berwirausaha adalah ingin mencapai prestasi akademik dan
non akademik di bidang wirausaha. “Dengan berwirausaha mahasiswa dilatih untuk
lebih mandiri, profesional dalam manajeman waktu serta kelak bermanfaat untuk
orang lain khususnya bermanfaat bagi diri sendiri di masa depan setelah lulus
kuliah,” ungkap Hadid.
Sebagai
seorang mahasiswa yang juga berwirausaha, pastilah ada sebuah kendala yang
dihadapi. Kendala ini pun ternyata sama-sama dihadapi oleh Nindya, Faisal dan
Hadid. Kendala itu adalah manajeman waktu. Apalagi saat menjelang UTS dan UAS.
Mereka semua harus tahu mana yang menjadi prioritas antara belajar dan
berwirausaha.
Namun,
masing-masing semuanya pun sudah punya rencananya sendiri-sendiri. Nindya, yang
sedang menjalani kuliah regulernya full dari senin-jumat ini memilih waktu pada
hari libur sabtu dan minggu untuk memproduksi Pakaian Hijabnya. Penjualannya
yang online pun menjadikannya semakin terbantu. Sedangkan bisnis jasa fotografi
hanya bersifat insidental saja. Jadi, tidak ada kesulitan dalam mengatur
waktunya.
Selanjutnya
Faisal menjelaskan bagaimana ia menghadapi manajeman waktu dalam
berwirausahanya. Baginya mengatur
waktu kuliah dan usaha itu cuma satu, yakni mendisiplinkan diri dari awal. Ketika
waktu usaha ya usaha, waktu di kelas untuk belajar ya belajar. Tapi, menurut
Faisal, terkadang itu semua harus ada yang dikorbankan. Namun, di situlah titik
kenikmatan kuliah sambil usaha. Karna dengan begitu cara mematangkan pola fikir
untuk manajemen waktu menurutnya.
Terakhir
dari Hadid yang menjelaskan tipsnya dengan memposisikan waktu tersebut
untuk apa. Maksudnya di sini ketika
sedang kuliah (dosennya masuk) maka itu hak kita untuk kuliah. Ketika dosen
belum masuk kelas maka kita dapat memposisikan diri untuk berwirausaha.
Dan
point yang tidak boleh dilupakan adalah adanya perbedaan mahasiswa yang
berwirausaha dengan yang tidak. Adapun kelebihannya tersebut pertama mandiri,
sudah bisa membiayai kuliah sendiri. Kedua mempunyai kematangan pola pikir.
Ketiga mempunyai skill marketing dalam mempersentasikan produk. Keempat Ketika
lulus tidak akan bingung mencari pekerjaan.
Jadi,
masihkah kita berkata tidak untuk kuliah sambil berwirausaha? Katakan tidak
untuk itu. Saatnya berkata Iya, untuk berwirausaha sambil kuliah. Semoga kita
semua menjadi mahasiswa yang mandiri, menjadi entrepreneur yang bermanfaat
untuk keluarga dan orang banyak. Aamin ya Rabbal alamin. *(NSR).
Posting Komentar untuk "Say Yes for Entrepreneur: Jadilah Mahasiswa Cerdas dengan Berwirausaha"