Jangan Maksiat Dulu Tuan! Waktunya Tidak Tepat
Pagi buta itu seperti biasa langit masih gelap gulita. Tanda kehidupan pun bisa dihitung. Barangkali yang dapat saya tangkap oleh mata lalu lalang tukang sayur lepas belanja dari pasar. Bermodalkan kendaraan sepeda motor, pasangan suami istri itu pun rela keluar rumah pagi buta untuk memenuhi keperluan dagangan mereka di rumah, sayur mayur. Terlihat sang suami mengendarai sepeeda motor dan sang istri di belakang yang harus rela berdesak-desakkan dengan sayur mayurnya, bukan dengan anaknya.
Matahari belum juga nampak terbit, dan seperti biasa azan subuh memecah keheningan. Hanya sedikit manusia yang dapat saya lihat untuk menjemput panggilan sang muazin. Solat subuh di masjid pun saya tunaikan tanpa ada kejadian aneh. Oh ya, seminggu belakangan ini saya jumpai tetangga kosa saya solat subuh jamaah di masjid. Alhamdulillah...
Lepas zikir dan doa bersama. Saya pun bergegas pulang. Saat itu kebetuan berbarengan dengan tetangga saya. Oh ya, subuh itu tepatnya hari Rabu, 25/11/15 kemarin. Yah, di subuh ini saya mendapati hal yang sedikit merisaukan hati saya.
Tetangga saya berjalan di depan, dan saya mengikuti di belakang lepas solat jamaah, zikir dan doa. Berjarak sekitar 2-3 meter. Ya, maklum, kami tidak akrab dan sesekalinya ngobrol pun baru satu kali. Waktu itu saat tetangga saya ingin meminjam motor pagi-pagi untuk mengantarkan ayahnya ke rumah sakit. Lanjut dengan jarak kami 2-3 meter laki-laki bertubuh gemuk dan tinggi itu tiba-tiba tidak terlihat lagi tubuhnya.
"Maling!!! Maling!!!..." tiba-tiba teriakan dari depan saya dengan suara yang sangat kencang. Saya tahu itu adalah tetangga saya, dan saya pun ikut berlari, akan tetapi hanya sebentar.
Sambil berlari, pikir saya maling itu tertangkap dengan sebuah dasar pemikiran tepat sebelum keluar jalan besar di depan ada portal yang biasa ditutup. Karena ingat portal inilah saya memutuskan tidak berlari lagi dan berjalan agak santai lantaran berpikir malingnya akan tertangkap. Disusul dengan suara geberan motor yang nyaring menciptakan kesimpulan lagi bagi saya, "Ah, maling itu sepertinya lolos dengan motor curiannya." Dan benar saja, maling itu lolos, portal tidak ditutup.
Subuh itu menjadi ramai. Masyarakat mulai keluar rumah saling tanya guna mendapatkan informasi detail yang esok pagi siap mereka jadikan bahan rundingan. Setelah saya menjawab pertanyaan seorang nenek yang ikut keluar rumah, saya pun kembali berjalan menuju kosan.
Ada hal yang membuat saya tetap risih dalam perjalanan pulang. Bukan karena motor yang berhasil dicuri. Tapi maling itu berbuat dosa persis saat Allah SWT dan para malaikat turun ke bumi.
"Allah turun ke langit dunia apabila tinggal sepertiga malam yang terakhir dan berkata, "ada sesiapa yang memohon kepadaku untuk Aku kabulkan?" Ada sesiapa yang meminta kepadaku untuk Aku berikan? Ada sesiapa yang beristighfar untuk Aku ampunkan?" (HR. Bukhari).
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
sesungguhnya Nabi Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam bersabda: “Tidak ada
satu subuh-pun yang dialami hamba-hamba Allah kecuali turun kepada mereka dua
malaikat. Salah satu di antara keduanya berdoa: “Ya Allah, berilah ganti bagi
orang yang berinfaq”, sedangkan yang satu lagi berdo’a “Ya Allah, berilah
kerusakan bagi orang yang menahan (hartanya)” (HR Bukhari).
"Ya Allah, andai dia tahu Engkau saat itu berdiri di hadapannya. Ya Allah, astagfirullahaladzim..."
Sesambil dalam perjalanan, saya pun berdoa. "Ya Allah, jika ia memang seorang ayah dan rezeki itu untuk anak-anank mereka, mohon bersihkanlah rezeki itu. Sungguh, anak-anaknya tidaklah tahhu menahu. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun lagi Penyayang. Berilah dan lapangkanlah maaf dan kasih sayang-Mu. Berilah selalu hidayah-Mu untuknya dan untuk kami semua hamba-Mu. Aamin."
Sesampai di kosan dengan hati yang tetap gusar. Saya pun kembali melanjutkan rutinitas subuh saya. Selanjutnya dilanjutkan dengan tidur pagi sejenak. Yah, beginilah nasib saya, macam nasib mahasiswa semester yang angkanya semakin banyak. :D (
Lepas bangun pagi, alhamdulillah saya mulai bisa tenang dan mulai berpikir tentang korban. Saya pun langsung bertanya pada teman kos saya yang kebetulan sudah bangun terlebih dahulu, "Gimana ya sekarang nasib korban?"
Tidak disangka, teman saya [unya jawaban yang melegakan hati. "Motornya gak kemalingan. Tadi ibu-ibu depan pada ngomongin motor yang hampir kemalingan sambil nunjuk-nunjuk motor yang ingin dicuri."
Saya pun berucap hamdalah tanda syukur si korban tidak jadi kecurian. Sekaligus tanda syukur maling tadi tidak jadi berbuat dosa di hadapan Tuhan walau niat sudah ada. Yah, setidaknya, hari ini anaknya/keluarganya tidak jadi makan dari rezeki tidak halal. Alhamdulillah...
____________
Dosa. Siapa pun pasti pernah melakukannya, termasuk saya sendiri sebagai penulis. Tapi, tidakkan kita melihat situasi. Setidaknya itu yang dipikirkan. Jika memang kehadiran Tuhan dari jarak yang jauh di atas sana tidak membuat kita takut, setidaknya dengan situasi waktu dan tempat kita juga harus sadar diri di mana dan kapan kita berbuat dosa.
Jangan sampai kita berbuat dosa pada waktu sepertiga malam. Saat orang-orang terpilih bangun pagi buta untuk memohon ampun, kita malah asik-asikan tertawa terbahak-bahak dengan aktifitas dunia yang menyesatkan. Bahkan, kita sampai berbuat dosa di tempat ibadah, masjid, rumah Allah. Nauzubillahi min zalik....
Yah, jika kita tidak terbiasa datang ke masjid, janganlah sampai datang ke masjid untuk hanya untuk berbuat dosa. Tengoklah macam kanan dan kiri kita 2 malaikat yang setia ini terus memperhatikan kita. Apalagi guati Allah, dan di rumah-Nya. Astagfirullahal adzim...
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang beruntung dan dimaafkan atas segala kekhilafan baik yang disengaja dan tidak disengaja. Semoga kita semua tremasuk orang-orang yang maafkan, dikeselamatan dunia dan akhirat, dibukakan pintu taubat sebelum kematian menjemput, diberikan rahmat-Nya dan magfirah-Nya. Aamin.
4 komentar untuk "Jangan Maksiat Dulu Tuan! Waktunya Tidak Tepat"
Hehe
Cerita pagi yg ciipp... ��