SOSIAL BUDAYA DALAM BEKOMUNIKASI
Pendahuluan
Manusia
adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sebagai makhluk
biologis dan mahkluk sosial. Sebagai makhluk biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai homo sapiens, sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan
bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya. Ada perbedaan mendasar tentang asal mula
manusia. kelompok evolusionis pengikut Darwin menyatakan bahwa manusia berasal
dari kera yang berevolusi selama ratusan ribu tahun. sedangkan kelompok lain
menyanggah teori evolusi, mereka menyatakan bahwa asal mula manusia melalui
teori penciptaan, yang menegaskan bahwa manusia itu diciptakan oleh Allah.
Manusia diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kemampuan berpikir dan bekerja
sama dalam lignkungan sosial budaya.
Lingkungan
sosial budaya merupakan lingkungan antarmanusia yang meliputi: pola-pola
hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan
spasial (ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola
hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan oleh
tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, lingkungan
sosial budaya terdiri dari pola interaksi antar budaya teknologi dan organisasi
sosial, pranata sosial, stratifikasi sosial termasuk di dalamnya norma-norma
sosial.[1]
Manusia
hidup sebagai makhluk individu sekaligus sosial budaya. Artinya, sejak dilahirkan
manusia tidak dapat hidup sendirian, melainkan memerlukan pertolongan orang
lain dilingkungannya. Dengan demikian lingkungan sosial budaya sudah ada sejak
makhluk manusia ini ada atau diciptakan.
Ruang Lingkup Kebudayaan
Kebudayaan
mencakup ruang lingkup yang luas, yang wujudnya dapat berupa kebudayaan hasil
rasa atau sistem budaya (norma, adat istiadat), hasil cipta (fisik) dan konsep
tingkah laku (sistem sosial).
Begitu
banyak unsur-unsur budaya yang ada di dunia ini, namun ada unsur-unsur
kebudaydaan yang bersifat universal, yaitu tujuh unsur kebudayaan meliputi:
bahsa; sistem pengetahuan; organisasi sosial; sistem peralatan hidup dan
teknologi; sistem mata pencaharian hidup; sistem religi; dan kesenian. Ketujuh
unsur budaya ini terintegrasi sebagai satu kesatuan yang utuh dalam masyarakat
sebagai ciri dari suatu budaya melalui proses penyesuaian, sehingga
memungkinkan unsur-unsur tersebut berfungsi secara seimbang.
Apa itu Budaya?
Kebudayaan sering diistilahkan sebagai kesenia, padahal
arti sebenarnya jauh melampaui hal itu. mungkin karena ketiika berbicara
tentang budaya, yang ada dalam pikiran kita adalah pergaulan manusia yang
indah, mengingat manusia itu berbeda dengan binatang karena sering
mengungkapkan diri dengan simbol-simbol. Ungkapan melalui simbol-simbol inilah
yang biasanya indentik dengan kesenian.
Jadi,
budaya dalam hal ini identik dengan aktivitas atau produk yang menghubungkan
manusia (yang mempunyai keinginan, pikiran, dan perasaan) dengan realitas di
luarnya (manusia lain dan alam).[2]
Para
ahli memiliki definisi yang berlainan tentang budaya. Edward Burnett Taylor
dalam karyanya yang berjudul Primitive Culture, menyatakan bahwa kebudayaan
adalah kompleks dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum,
adat istiadat, dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh
manusia sebagai anggota suatu masyarakat.[3]
Menurut
Mulyana (2005: 18), budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan,
hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang
diperoleh sekelompok besar dari generasi ke generasi melalui usaha indiividu
dna kelompok.
Sedangkan
menurut Graeme burton[4]
budaya adalah tentang keberbedaan (distinctiveness) kelompok-kelompok
sosial yang memeberikan mereka identitas.
Peerbedaan Latar Belakang Sosial Budaya
Kita tidak bisa secara egois memaksakan kehendaknya untuk
selalu mamaksa setiap orang mengikuti kebudayaan kita. karena setiap manusia
hidup dalam suatu lingkungan sosial budaya tertentu. Setiiap lingkungan sosial
budaya senantiasa memberlakukan adanya nilai-nilai sosial budaya yang diacu
setiap warga masyarakat penghuninya. Dengan demikian pola perilaku dan cara
berkomunikasi akan diwarnai oleh keadaan, nilai, kebiasaan yang berlaku di
lingkungannya. Melalui suatu proses belajar secara berkesinambungan setiap
manusia akan menganut suatu nilai yang diperoleh dari lingkungannya. Nilai itu
diadopsi dan kemudia diimplementasikan dalam suatu bentuk ‘kebiasan’, yaitu
pola perilaku hidup sehari-hari. Dengan demikian pola perilaku seseorang dalam
berkomunikasi dengan orang lain akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari lingkungan sosial budaya.
Budaya
dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan
siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang menyandi pesan, tetapi
juga makna yang ia miliki untuk pesan dan kondisi-kondisinya untuk megirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan.
Sebenarnya
seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat
bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya
merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam
pula praktik-praktik komunikasi. Berbagai contoh perbedaan latar belakang
sosial budaya dapat diuraikan berikut ini.
1.
Komunikasi dan bahasa.
Sebagai
contoh seorang mahasiswa asal padang yang kuliah di Yogyakarta terheran-heran
membaca tulisan di pagar sebuah rumah “Awas anjing galak”. Dia pensaran, ingin mengetahui
seperti apa anjing galak itu. mengapa? Karena di Padang, “galak” artinya
tertawa.
makanan terlarang bagi orang hindu.
2.
Waktu dan kesadaran waktu.
Sebagai
contoh dalam acara tes wawancara penerimaan pegawai, apabila peserta terlambat
datang maka akn mendapatkan sanksi yang berat yaitu tidak dapat mengikuti tes
wawancara.
3.
Makanan dan kebiasaan makan.
Orang
Indonesia menyantap daging sapi, sedangkan di sisi lain sapi adalah makanan
haram bagi kaum hindu.
4.
Nilai dan norma
Sebagai
contoh di Indonesia umumnya laki-laki tidak menyentuh wanita di muka umum,
kecuali menjabat tangan. Berbeda di Amerika, di mana mereka bisa bercumbu
dengan bebas di muka umum.
Komunikasi
dan Perubahan Sosial
Perubahan sosial budaya adalah sebuah
gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya suatu masyarakat. Perubahan
sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang dalam setiap
masyarakat. Perbuhaban itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Perubahan sosial terjadi karena
beberapa faktor, di antaranya komunikasi. Dengan komunikasi orang akan mempelajari
nilai-nilai yang ada pada orang lain. apabila nilai-nilai itu dianggap unggul,
maka akan diadopsi. Selanjutnya dengan mengadopsi nilai-nilai itu akan
mendorong terjadinya proses perubahan sosial.
Intensitas komunikasi, pengusaan
iptek, sifat masyarakat yang terbuka akan menentukan sejauh mana laju perubahan
sosial akan terjadi, apakah terjadi perubahan secara lambat ataukah cepat.
Perubahan sosial pengaruhnya dapat
berskala kecil maupun besar. perubahan yang pengarunya kecil adalah perubahan
yang tidak membawa pengaruh langsung bagi kehidupan masyarakat. Sebagai contoh
perubahan penampilan dalam berpakaian dan gaya potong rambut.
Sedangkan perubahan yang membawa
pengaruh besar adalah perubahan yang membawa pengaruh langsung terhadap
kehidupan masyarakat karena perubahan yang terjadi pada unsur-unsur sosial
budaya masyarakat. Sebagai contoh industrialisasi membawa pengaruh pada
hubungan kerja, lembaa kemasyarakatan, sistem pemilikan tanah, pelapisan
sosial, hubungan kekerabatan dna lain-lain.
Komunikasi dan Modernisasi
Modernisasi adalah proses perubahan tradisi, sikap dan
sistem nilai dalam rangka menyesuaikan diri dengan kemajuan yang telah dicapai
oleh bangsa lain, sehingga suatu bangsa dapat bertahan secara wajar di
tengah-tengah tekanan berbagai masalah hidup di dunia dewasa ini. pengertian
modernisasi secara umum di kalangan masyarakat seringkali direduksi menjadi
sikap yang mengikuti perkembangan zaman. Lawan dari medernisais adalah
trdisional.
Komunikasi seringkali melibatkan
orang-orang yang berbeda tingkat modernitasnya. Dalam suasan seperti ini,
sangat mungkin terjadi distorsi komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan
sistem nilai yang dianut. Arus modernisasi menjadi semakin cepat dengan adanya
dukungan teknologi transportasi dan komunikasi di era global ini. globalisasi
adalah suatu sistem atau tatanan yang menyebabkan seseorang atau negara tidak
mungkin untuk mengisolasikan diri sebagai akibat dari kemajuan teknologi dan
batas antara satu negara dengan negara lain dalam hal teknologi komunikasi.
Ada beberapa hal tantangan bagi
masyarakat serta bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi. Di mana
globalisasi dapat mengancam eksistensi jati diri masyakrakat. Adapun tantangan
baru bangsa Indonesia akibat globalisasi yang dapat mengancam eksistensi jati
diri masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Guncangan Budaya
Ketidaksesuaian unsur-unsur yang saling
berbeda sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan sosial yang tidak serasi
fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Budaya yang masuk ke suatu
masyakarat tidak selalu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat,
kondisi seperti inipun juga dapat menimbulkan keguncangan budaya.
b.
Ketertinggalan Budaya
Pertumbuhan atau
perubahan unsur kebudayaan yang mengalami perubhana tidak sama cepatnya misalnya perubahan pada budaya material
akan lebih cepat berubah
dibanding budaya immaterialnya. Ketidak seimbangan perubahan antar budaya material dan immaterial itulah
yang disebut dengan ketinggalan budaya.
Daftar Pustaka
Aw, Suranto, 2010, Komunikasi Sosial Budaya, Yogyakarta: Graha Ilmu
Burton, Graeme, 2010, Media dan Budaya Populer, Yogyakarta:
Jalasutra
Soyomukti, Nurani, 2010, Pengantar Ilmu Komunikasi, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
[1] Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hal. 54
[2] Nurani Soyomukti, Pengantar Ilmu
Komunikasi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), Hal. 319
[3] Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya,
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Hal. 55
[4] Terjemahan ___, Media dan Budaya
Populer, (Yogyakarta: Jalasutra, 2012), Hal 31
Posting Komentar untuk "SOSIAL BUDAYA DALAM BEKOMUNIKASI"