INVASI BANGSA MONGOL DAN PERANG SALIB
Sejak
kekuasaan Bani Abbasiyah didominasi oleh orang-orang Turki, Buwaihi dan Saljuk,
Otoritas kekuasaanya tidak mempunyai pengaruh politik sama sekali dan dapat
dikatan hanya sebagai boneka saja. Hal ini ditandai dengan melemahnya kepatuhan
dinasti-dinasti kecil yang berada dibawah taring kekuasannya. Perpecahan
dikalangan umat islam membuka jalan bagi rezim-rezim non-muslim seperti Mongol
dan pasukan dari Negara-negara Eropa untuk menguasai Negara Islam dan peradabannya.
Perang salib menyebabkan banyak
kerugian dikalangan umat Islam terutama dalam aspek politik. Imeprium Islam
dihancurkan secara sistematik. Belum
lagi kedatangan orang-orang Mongol yang membawa malapetaka dan bencana terhadap
umat Islam melalui pembantaian, system perbudakan dan bebean pajak yang tinggi.
Bahkan Baghdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban islam yang sangat kaya
dengan khazanah ilmu pengetahuan takut pula dibumi hanguskan oleh Hulagu Khan
dan pasukannya.
Untuk mengetahui sejauh mana proses
dan dampak yang ditimbulkan dari serangan-serangan (invasi) bangsa Mongol dan
perang salib tersebut, berikut akan
diuraikan penjelasnnya.
A.Perang
Salib
Perang
salib berlangsung dua abad (bermula pada tahun 1096 M dan berakhirpada tahun
1291 M). setelah Sultan Malik Syah dari dinasti Bani Saljuk meninggal, terjadi
perpecahan dan perebutan kekuasaan diantara putra-putra sultan, Muhammad dan
Barkayuk. Begitu juga dengan dinasti Fathimiyah dibawah pemerintahan
Al-Musta’li dalam keadaan lemah walaupun wilayah kekuasaanya masih luas.
Sementara khalifah Abbasiyah diBaghdad pada masa ini lemah dan tidak memegang
peranan penting karena berada dibawah pengaruh Dinasti Saljuk.
Dalam situasi terpecah-pecah itu,
dunia Islam dikejutkan oleh penyerbuan tentara salib yang pertama melalui Asia
kecil sehingga banyak korban dipihak tentara islam yang tidak siap temppur itu.
1.Sebab-sebab
Terjadinya Perang Salib
Secara garis besar, sebab terjadinya
perang salib dapat dibagi dua, yaitu internal dan eksternal. Sebab internal
maksudnya adalah sebab yang berasal dari umat islam sendiri, karena kondisi
kekuasaan Islam (dinasti Saljuk di Asia kecil) pada waktu itu sedang melemah
karena mengalami perpecahan dan berusaha melepaskan diri dari pusat.
Konflik-konflik dan peperangan diantara keluarga mereka sendiri melemahkan
mereka sendiri. Disamping itu, Dinasti Fathimiyah di Mesir juga dalam keadaan
lumpuh, Sementara kekuasaan Islam di Spanyol semakin goyah. Situasi yang
demikian itu mendorong penguasa Kristen untuk merebut daerah kekuasaan Islam.
Sedangkan sebab-sebab eksternal
adalah sebab yang berasal dari luar umat Islam, terutama permusuhan dan
kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam untuk mengembalikan
kekuasaannya dari penduduk umat Islam. Diantaranya seperti “Peristiwa
Manzikart, dan penguasaan Bait al-Maqdis oleh Dinasti Saljuk.
2. Periode
Perang Salib
Perang salib merupakan peperangan
yang sangat amat besar dan dasyat karena memakan waktu waktu yg cukup lama, dan
melibatkan ratusan ribu tentara Islam dan Kristen. Menurut Philip K. Hitti
(orientalis yang menulis buku The Historis of the Arabs) menyederhanakan
periodisasi perang Salib dalam tiga periode.
a.Periode
Pertama
Periode ini disebut periode
penaklukan (1096 M-1144 M). Jalinan kerja sama antara Kaosar lexus I Comnenus
dan Paus Urbanus II berhasil membangkitkan solidaritas umat Kristen. Paus
menyampaikan kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang suci terhadap
Islam (khususnya pemerintahan Dinasti Saljuk). Seruan yang disampaikan d Clermont
(Prancis Selatan) tanggal 26 November 1095 M merupakan spirit bagi orang
Kristen yang menyebabkan Negara-negara Kristen mempersiapkan bebagai bantuan
untuk meaksanakan penyerbuan. Gerakan ini merupakan gerakan spontanitas yang
diikuti berbagaibkalangan masyarakat yang tidak mempunyai penglaman perang.
Gerakan ini dipimpin oleh Pierre I’ermitte. Namun pasukan ini dapat dikalahkan
dengan mudahnya oleh Dinasti Saljuk.
b. Periode
kedua
Periode
ini disebut periode reaksi umat Islam (1144 M-1192 M). keberhasilan tentara
salib menguasai beberapa wilayah kekuasaan islam mengakibatkan kesadaran kaum
muslimin uuntuk menghimpun kekeuatan guna menghadapi mereka. Dipimpin oleh
Imamuddin Zanki, penguasa Moshul dan irak, tentara muslim menghadang maju guna
menghadang serangan pasukan Salib. Pasukan Imamuddin berhasil merebut kembali
Aleppo dan Eddesa pada tahun 1144. Namun ia wafat 1146. Tugasnya dilanjutkan
oleh putranya, Nuruddin Zanki. Dalam perjuangannya ia berhasil membebaskan
kota-kota Damaskus (1147), Antiokia (1149) dan seluruh Eddesa (1151) dari
tangan musuh.
Pada tahun 1174, Nuruddin wafa.
Tampuk pimpinan perang selanjutnya dipegang oleh Shalah al-Din al-Ayyubi yang
berhasil mendirikan Dinasti Ayyubiah di Mesir pada tahun 1175. Hasil peperangan
Shala al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M.
Demikian kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun
berakhir.
c. Periode
Ketiga
Periode
yang berlangsung sejak 1193 M-1291 M ini dikenal dengan periode perang saudara kecil—kecilan
atau periode kehancuran didalam pasukan Salib Hal ini karna periode ini lebih disemangati oleh ambisi politik
untuk memperoleh kekuasaan ketimbang motivasi agama.
Tentara Salib pada periode ini
dipimpin oleh Raja Jerman, Frederik II. Beberapa kali mereka berusaha merebut
mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina dengan harapan mendapat bantuan dari
orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 mereka berhasil berhasil menduduki
Dimyat Raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu al-Malik al-Kamil membuat
perjanjian dengan Frederik. Isinya antara lain Frederik bersedia
melepaskan Dimyat, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina. Frederik
menjamin keamanan kaum muslimin disana.
Dalam perkembangannya, Palestina
dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M dimasa pemerintahan
al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh
Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Abbasiyah, pimpinan perang
dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut
kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1291 M.
Sejak berakhirnya kekuasaan Dinasti
Ayyubiyah dan digantikan oleh Dinasti Mamluk (1250 M-1517 M) masih terjadi
beberapa kali perang salib. Sultan Baybar (1260 M-1277 M) berhasil merebut
beberapa wilayah yang masih dikuasai tentara salib. Sultan Qalawun 91279 M-1290
M) menjalin hubungan baik dengan Genoa, Castile, Sisilia dan Byzantum.
Mengghadapi kenyataan itu tentara
Salib yang masih menguasai Tripoli dan Acre menjadi semakin kecut dan tidak
berani menyerang. Qalawun merencanakan penyerbuan kedua kota itu dan
dilaksanakannya pada tahun 1289 M. Akhirnya ia berhasil menguasai Tripoli.
Tetapi sebelum Acre, ia meninggal dunia. Niatnya diteruskan putranya,
al-Khalil. Pada tahun 1291 M pasukan Al-Khalil menyerbu kota Acre dan berhasil
merebutnya. Jatuhnya benteng tersebut telah mengakhiri perang Salib yang sudah
berlangsung hamper dua abad lamanya.
3. Akibat-akibat
Perang Salib
Perang
Salib berdampak besar bagi tumbuhnya perdangan antara Asia Barat dan Eropa.
Meskipun perang Salib berakhir menyakitkan bagi orang Kristen Eropa, tetapi
membawa pengaruh positif bagi peradaban mereka. Bahkan kebudayaan dan peradaban
yang mereka peroleh dari Timur-Islam menyebabkan munculnya Renaisans di Barat
pada abad ke-7 M.
Sedangkan bagi pihak Islam berakibat
sebaliknya. Walaupun umat islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari
tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali karena perang
Salib terjadi di daerah kekuasaan umat Islam. Kerugian-kerugian ini
mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah dan terpecah belah.
B. Serangan
Mongol
1. Asal
Usul Mongol
Banggsa
mongol berasal dari pegunungan Mongoli yang membentang dari Asia Tengah sampai
Siberia Utara, Tibet Selatan sampai ke Manchuria Barat. Nenek moyang mereka
bernama Alanja Khan yang punya 2 putra kembar, Mongol dan Tatar. Keduanya hidup
rukun dan sejahtera dan dapat memelahirkan keturunan yang banyak.
Mongol mempunyai anak bernama
Ilkhan, yang melahirkan melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol dipimpin
oleh Ilkham (Hulagu Khan: 1217 M-!265 M) dan Tatar oleh Sanja Khan, keduanya
berselisih dan terjadilah peperangan yang berakhir dengan kemenangan Sanja Khan
dari Tatar. Mongol selanjutnya berada dibawah kekuasaan Tatar. Setelah Mongol
kuat kembali, mereka menggulingkan kekeuatan Tatar dan tampil sebagai pemimpin.
Kemajuan bangsa Mongol terjadi pada
masa Yesuki yang berhasil menyatukan 13 suku bangsa. Setelah Yesuke wafat
digantikan oleh anaknya Timujin (1167 M-1227 M) yang baru berumur 13th. Selama
kurang lebih 32th ia berhasil menjadi armada perang bangsa Mongol menjadi
armada tangguh sehingga pada tahun 1206 M, ia mengikrakan diri menjadi “Tuhan
Bangsa Mongol” dengan panggilan Jengis Khan.
2.
Jengis Khan dan Ekspansi ke Asia Tengah
Secara resmi sejarah Dinasti Jengis Khan
dimulai tahun 600 H / 1203 M dan sejak saat itulah ia mengeluarkan statmenya
bahwa ia akan membunuh orang-orang yang membangkang dan berjanji akan
menaklukan dunia. Pada tahum 601 H ia mengeluarkan peraturan yang terkenal
dengan nama Al-Yasah.
Agresi Jengis Khan yang pertama kali
ditunjukan ke Cina, dan pada tahun 1215 M ia berhasil menduduki Peking untuk
membuktikan bahwa janjinya bukan hanya sekedar isapan jempol belaka. Kesuksesan
diCina merupakan langkah awal kemenangan bangsa Mongol. Ekspansi selanjutnya
diarahkan ke Barat dengan tujuan negri-negri islam (Turki, Furghana dan
Samarkand). Ekspansi ini berlangsung pada tahun 606 H / 1209 M.
Pada tahun 1220 M Jengis Khan dengan
70.000 pasukannya berhasil menduduki Bukhara. Jengis Khan memerintahkan agar
seluruh penduduk Bukhara meninggalkan kota tanpa membawa apa-apa selain pakaian
yang melekat dibadan. Mereka yang tetepa bertahan didalam kota dibunuh. Setelah
itu, mereka menjadikan Bukhara rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.
Kemudian jengis Khan terus melakukan
penaklukan ke Qinji, Nisabur, Mazindaran, ray, Hamazan, Zinjan, Qazwin,
Azerbaijan dan Tibris. Dikota-kota ini mereka melakukan pembunuhan
besar-besaran. Bahkan Sultan Ala’uddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh
dalam peperangan di Mazindaran pada tahun 1220 M, lalu digantikan oleh putranya
Jalaluddin munkiberdi. Dalam waktu singkat orang-orang Mongol berhasil
menguasai daerah taklukan Khawarizm syah.
3.
Hulagu Khan dan Jatuhnya Baghdad
Hulagu
Khan adalah seorang keturunan Jengis Khan yang mewarisi kekuasaan Persia,
Suriah dan Asia kecil. Hulagu Khan berambisi menguasai Baghdad, karena
pemerintahan Baghdad belum tunduk kepadanya. Untuk memenuhi ambisinya, ia
mengirim surat kepada Khalifah Mu’tasim yang berisi agar Khalifah menghancurkan
benteng-benteng pertahanan, menimbun parit-parit jebakan serta menyerahkan
kekuasaan kepada Hulagu.
Namun Khalifah menolaknya , dan
menyatakan siap untuk menagkal serangan. Akhirnya Hulagu dan pasukannya
mengepung Baghdad. Melihat hal itu, Khalifah meminta kepada Hulagu untuk
berdamai. Pada tanggal 10 februari 1258 M, khalifah bersama para pembesar
keluar dari kota menuju pangkalan Hulagu dengan dikawal 3000 pasukan dengan
membawa hadiah barang-barang perhiasan yang amat berharga agar Hulagu memenuhi
permintaan damainya.
Ternyata Hulagu menoalak permohonan
damai, sekalipun ia menerima hadiah-hadiah dari khalifah. Bahkan Hulagu
memancung leher (membunuh) mereka secara bergiliran. Dari pembunuhan ini
berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di Baghdad. Kejayaan Baghdad yang saat itu
menjadi mercusuar peradaban Islam hancur lebur bersama dengan berakhirnya
kekuasaan Bani Abbas. Namun, dengan dihancurkannya Bahgdad terdapat salah
seorang putra khalifah yang berhasil melarikan diri ke Suriah dan membawa
seluruh atribut kebesaran khalifah Baghdad. Dialah yang nantinya diangkat oleh
Baybars I, Raja dinasti Mamluk di Mesir sebagai khalifah..
Hulagu khan akhirnya meneruskan
ekspansinya ke Suriah dan selanjutnya Mesir, namun ia sempat dikalahkan oleh
Baibars, Jendral Makhluk Mesir pada tahun 1260 M sebelum ia memasuki Mesir.
Hulagu Khan meninggal pada tahun 1265 M dan digantikan oleh Dinasti Ilkan.
Setelah 100 tahun diperintah oleh
Dinasti Ilkan, akhirnya Dinasti ini mengalami kehancuran yang terjadi pada masa
pemerintahan Abu Sa’id (1304 M-1337 M) dengan datangnya bencana kelaparan dan
angin topan yang mendatangkan malapetaka. Sepeninggal Sa’id, Dinasti Ilkan
terpecah belah dan saling bermusuhan satu sama lain yang akhirnya keadaan ini
dimanfaatkan oleh Timur Lenk untuk mengakhiri kekuasaan Ilkan (Mongol).
2 komentar untuk "INVASI BANGSA MONGOL DAN PERANG SALIB"