Banjir! Salah Siapa?
Jakarta banjir? Sudah biasa. Jakarta bebas
banjir? luar biasa.
Banjir,
sebuah fenoma alam yang biasa kita lihat di Jakarta ini. Bahkan mungkin tidak
hanya di jakarta saja banjir melanda, mungkin di kota-kota selain jakarta pun
ikut serta mendapatkan banjir. Jika sudah seperti ini siapa yang harus
disalahkan? Pemerintah.
Entah
kenapa saya bingung dengan manusia-manusia zaman sekarang. Menyalahkan banjir
kepada pemerintah saja, sedangkan mereka? Apakah mereka yang menyalahkan
pemerintah sempat berfikir, kenapa kawasan mereka bisa mnegalami banjir? Apa
penyebab banjir mendatangi kawasan mereka? Siapa yang menyebabkan banjir
mendatangi mereka?
Sudahkan
Kita melihat diri Kita masing-masing, di mana Kita membuang sampah? Tempat sampah!
Bagus. Di kali? Selokan? Jalanan? Hmmm, mungkin Kita seharusnya berfikir
sejenak salahkah perbuatan tersebut.
Sebuah
kejadian luar biasa yang saya temukan di kosan teman saya, tepatnya daerah legoso dekat
komplek UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ketika saya dan teman sedang menunggu
di luar kosan teman perempuan saya, saya melihat seorang ibu-ibu membawa
kantong plastik penuh dengan isinya. Berjalan dengan santai, dan tiba-tiba
berhenti tepat di selokan besar atau kali kecil yanng posisinya tepat di
samping kosan teman saya.
Dengan gerak-gerik yang tidak mencurigakan ibu-ibu tersebut pun langsung mengeluarkan sampah-sampahnya dan membuang di selokan tersebut. Bahkan sempat saya lihat, dengan santainya ia memungut sampah-sampah di jalan namun membuangnya diselokan tersebut. Dan akhirnya pun secara sepontan kami berdua, saya dan teman saya yang sedang menunggu di luar kosan tiba-tiba mengeluarkan HP dan sambil melirik. Lirikan matamu menarik hati.... hehe ko jadi nyanyi.
Kami
saling melirik karena kaget, ternyata kami berdua memiliki pemikiran yang sama,
meotret. Entah apa yang ada di benak ibu-ibu tersebut, dengan tanpa perasaan
yang resah, malu, atau apalah, secara terang-terangan membuang sampah di
selokan tepat di hadapan kami. Seolah-seolah hal tersebut sudah menjadi
kebiasaan yang lumrah. Di manakah letak kesadarannya?
Kalo
sudah seperti ini, salahkah Tuhan jika memberika bencana kepada umatnya?
Salahkan banjir yang sudah menuangkan begitu banyak air kepada Kita? Salahkah
jakarta jika menjadi kota banjir? Semuanya tidak. Yang patut disalahkan adalah
penghuninya, yakni diri Kita sendiri.
Bayangkan,
jika sudah tidak ada lagi kesadaran dari warga jakarta akan butuhnya kota ini
terhadap kebersihan! Bayangkan jika semua warga jakarta membuang sampah pada
asal tempat! Bayangkan jika seluruh jakarta telah mengalamami banjir? Akan jadi
apa kota ini? Cukuplah sudah jakarta menjadi,
lautan kendaraan.
Gudangnya kriminalitas.
Pusatnya
wajah-wajah korupsi.
Masihkah
Kita merasa kurang dengan semua hal di atas? Sungguh miris saya melihatnya. Seandainya
semua orang memiliki kesadaran masing-masing. Maka saya jamin, jakarta akan
menjadi kota yang bersih, kota tanpa banjir.
Berfikirlah
Kita semua, ketika para air sudah meluap ke daratan? Hal tersebut seharusnya
sudah menjadi lumrah. Karena mereka para air marah kepada Kita, mereka protes,
jika gedung-gedung, rumah-rumah, jalan bersemen, sudah memenuhi bumi ini!
Mereka mau tinggal di mana? Hingga pada akhirnya, mereka pun para air akan menjajah
tempat kita sebagai tempat tinggalnya. Mereka akan menaungi daratan, sebagai
tempat mengalir mereka. Dan kita para manusia? Hanya bisa pasrah, dan saling
menyalahkan.
Sungguh
kenyataan pahit, yang tidak adanya perubahan sedikit pun dari para manusia.
Manusia yang sudah Allah berika satu kelebihan dibandingkan makhluk lain, yakni
akal, sudah tidak mau menggunakan akalnya. Sebuah benda yang maha dasyat Allah
ciptakan untuk Kita, namun Kita sia-siakan dengan begitu saja.
Sehingga,
jangan pernah salahkan Tuhan, Pemerintah, apalagi sampai menyalahkan bencana
tersebut. Salahkan diri Kita sendiri. Sudahkah Kita menggunakan akal sehat Kita
untuk berfikir? Jika belum! Siap-siaplah menanggung kemarahan alam.
“Bumi adalah amanah manusia dari Allah. manusialah yang
merawat dan menjaga bumi ini, ketika bumi ini tidak dirawat dengan baik! maka,
Allah dan alam berhak untuk marah kepada manusia.”
Posting Komentar untuk "Banjir! Salah Siapa?"